Menu

Minyak Mentah Kembali Diperdagangkan Di Atas USD 39

M Septian

Harga Minyak Mentah AS hari ini (26/08) kembali diperdagangkan dalam kisaran di atas 39 Dolar AS perbarel setelah survei industri menunjukkan penurunan jumlah cadangan minyak AS dan pemangkasan suku bunga China.

Harga Minyak Mentah AS hari ini (26/08) kembali diperdagangkan pada kisaran di atas 39 Dolar AS perbarel setelah pemangkasan suku bunga China, menjelang rilis data jumlah cadangan minyak AS.

Menurut laporan mingguan American Petroleum Institute (API), stok minyak AS berkurang 7.3 juta barel pekan lalu; meleset jauh dari perkiraan yang hanya turun 1.9 juta barel. Trader akan memantau rilis data pekan ini untuk memperkirakan outlook harga minyak. API akan merilis laporan pasokan minyak-nya pada hari Selasa sore waktu AS, sedangkan data dari EIA akan dipublikasikan pada hari Rabu. Sebuah survei analis oleh Platts memperkirakan akan ada peningkatan stok minyak mentah (inventories) sebesar 1.9 juta barel.

Minyak West Texas Instrument (WTI) pengiriman Oktober di pasar NYMEX naik 0.50% menjadi USD 39.50 per barel. Senin kemarin (24/08) WTI sempat menyentuh harga 37.75 Dolar AS, kemerosotan terburuk sejak Februari 2009, sebelum kemudian ditutup pada USD 38.24 atau turun 5.46%. Pada bursa ICE London, minyak Brent naik 3% menjadi USD 43.97 per barel setelah sehari sebelumnya terperosok 6.09% ke USD 42.69.

 

PBOC Memotong Suku Bunga China

Semalam, pergerakan harga emas melanjutkan penguatannya setelah Bank Sentral China (PBOC) secara tiba-tiba melakukan pemangkasan suku bunga dalam rangka menggenjot pertumbuhan ekonomi dan menahan jatuhnya pasar saham. PBOC memotong suku bunga 25 basis poin menjadi 4.6% dan giro wajib minimum (RRR) bank-bank besar sebanyak 50 basis poin menjadi 18%. Tindakan ini menggarisbawahi kekhawatiran mengenai perlambatan di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut, namun menolong perekonomian global, termasuk pasar modal AS yang lalu mengalami rebound.

Ekuitas China telah menurun hampir 30% selama dua minggu belakangan di tengah tumbuhnya ketakutan pada perlambatan ekonominya. Negara terbesar di Asia ini merupakan konsumen terbesar minyak mentah nomor dua di dunia setelah Amerika Serikat dan merupakan motor penggerak kuatnya permintaan akan komoditas tersebut.

 


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE