Menu

Minyak Tak Mampu Berbalik Naik Sejak Pelemahan Kemarin

M Septian

Minyak terus melandai diikuti oleh penurunan harga hampir tiga persen pada sesi sebelumnya. Terseret turun oleh kekhawatiran akan kondisi ekonomi Asia dan tingginya level produksi minyak. Malam nanti, American Petroleum Institute akan melaporkan estimasi jumlah sumur minyak AS.

Minyak terus melandai diikuti oleh penurunan harga hampir tiga persen pada sesi sebelumnya. Terseret turun oleh kekhawatiran akan kondisi ekonomi Asia dan tingginya level produksi minyak. Malam nanti, American Petroleum Institute (API) akan melaporkan estimasi jumlah sumur minyak AS yang diikuti oleh data dari Departemen Energi AS sehari kemudian.

Minyak Brent sebagai tolok ukur harga minyak internasional diperdagangkan pada 47.31 Dolar AS per barel, turun hanya 3 sen dari penutupan terakhir dan melanjutkan penyusutan lebih dari 2.5 persen hari Senin (28/09) kemarin. Sementara West Texas Intermediate (WTI) belum beranjak dari USD 44.44. Seiring dengan kebanyakan komoditas lainnya, harga minyak telah merosot tajam. Minyak mentah telah kehilangan hampir 60 persen dari nilainya sejak Juni 2014 silam.

Pasar saham Jepang yang paling awal dibuka di Asia tergelincir menuju level terendah delapan bulannya akibat tekanan pada saham global dari kekhawatiran akan ekonomi China dan pasar negera berkembang lainnya. "Laba industri China menurun 8.8 persen bulan Agustus dibandingkan dengan setahun yang lalu, penurunan tersebesar terkonsentrasi pada produsen batu bara, minyak dan logam," menurut pernyataan ANZ dikutip dari CNBC.

 

Meningkatnya Produksi Minyak Di Luar AS

Di sisi suplai minyak, produksi minyak Rusia di tahun 2015 ini diprediksi meningkat sedikit dari tahun lalu menjadi 525 juta ton atau 10.56 barel per hari menurut pernyataan Denis Khramov selaku Wakil Menteri Sumber Daya Alam dan Ekologi. Ini berarti ada peningkatan satu juta ton dibanding produksi tahun lalu, tetapi masih lebih rendah dari proyeksi Kementrian Ekonomi Rusia sebesar 530.5 juta ton. Baik Rusia maupun produsen Timur Tengah yang tergabung dalam OPEC masih belum bersedia mengurangi produksi minyaknya, meski harga komoditas ini terus tertekan di level rendah.

Sementara itu, dalam pertemuan Majelis Umum PBB di New York lalu Presiden Barack Obama dan presiden Iran Hasan Rouhani mencurahkan sebagian dari pidato mereka mengenai konsekuensi dari kesepakatan nuklir Iran yang akan datang. Obama menegaskan bahwa kesepakatan bulan Juli telah menghindarkan dari potensi perang. Sementara itu Rouhani menyatakan bahwa sejak AS melonggarkan berbagai sanksi terhadap Iran, sekarang adalah saatnya fokus pada pelaksanaan kesepakatan.

Iran dilaporkan telah menimbun 30 juta barel minyak yang siap diekspor segera setelah kesepakatan diimplementasikan. Diperkirakan bahwa Iran akan dapat meningkatkan ekspor minyak sebanyak satu juta barel per hari dalam satu tahun sejak persetujuan yang masih dalam proses perundingan ini disepakati.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE