Menu

Minyak Terdukung Prospek Stimulus, COVID-19 Masih Jadi Isu

Pandawa

Harga minyak sedikit menguat karena ditopang oleh optimisme paket stimulus AS. Namun, pandemi COVID-19 menjelang musim dingin masih mengintai.

Seputarforex - Harga minyak mentah menguat tipis pada sesi Asia hari Rabu (21/Oktober). Pada saat berita ini diturunkan, minyak Brent diperdagangkan pada kisaran $42.76 per barel, menguat 0.36 persen dari level open harian. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) berada di kisaran $41.21 per barel, menguat 0.67 persen secara harian.


Secara garis besar, minyak Brent dan WTI bergerak stabil di dekat level tertinggi sejak September, dan berusaha menguat lebih jauh untuk mendekati kisaran tertinggi sejak era pandemi.

 

Harga Minyak Dibayangi Beberapa Sentimen

Harga minyak tidak banyak bergerak dalam sebulan terakhir karena tarik menarik berbagai sentimen, mulai dari semakin ketatnya pasokan minyak karena badai tropis, hingga peluang meningkatnya permintaan global dari China.

Yang paling disorot pasar saat ini adalah semakin dekatnya kesepakatan stimulus fiskal AS. Pembicaraan terakhir antara pihak Demokrat dan Republik dilaporkan berlangsung positif dan akan kembali dilanjutkan pada hari ini.

"Jika kesepakatan stimulus dapat tercapai, maka saya pikir itu akan mendukung (harga minyak). Namun apabila kesepakatan gagal, saya pikir akan cukup merugikan bagi pergerakan harga minyak," kata John Kilduff dari Again Capital New York.

Sayangnya, beberapa analis cenderung skeptis dalam memandang kesepakatan stimulus AS. "Bahkan ketika stimulus benar-benar tercapai, tidak tertutup kemungkinan selera pasar kembali terpukul karena fenomena buy the rumor, sell the news… Kami melihat ada peluang sell saat harga minyak kontrak desember berada di atas $42," kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates.

Terlepas dari beberapa faktor pendukung kenaikan harga minyak yang telah disebutkan, kekhawatiran terhadap lonjakan kasus COVID-19 pada musim dingin nanti masih menjadi penghalang reli harga minyak. Apalagi, penyebaran virus Corona di Eropa telah semakin mengkhawatirkan, dan memicu diberlakukannya kembali aturan pembatasan yang dapat membebani pemulihan kawasan Euro.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE