Menu

Momok Resesi Menenggelamkan Minat Risiko, Dolar AS Menguat

A Muttaqiena

World Bank dan IMF kemarin kompak menyampaikan peringatan tentang ancaman perlambatan ekonomi global yang semakin kentara.

Seputarforex - Peringatan terbaru dari IMF dan World Bank memperburuk minat risiko pasar, sehingga menguntungkan aset safe haven dan merugikan mata uang-mata uang yang peka risiko. Indeks dolar AS (DXY) kembali menjejakkan kaki pada kisaran 110.00 dalam perdagangan sesi Eropa hari Jumat (16/September). Sebaliknya, kurs yuan China amblas hingga menembus level psikologis krusial pada 7.000.

Grafik DXY Daily via TradingView

World Bank dan IMF kemarin kompak menyampaikan peringatan tentang ancaman perlambatan ekonomi global. Kepala Ekonom World Bank, Indermit Gill, mengatakan bahwa ia mengkhawatirkan terjadinya "stagflasi umum", yakni suatu periode pertumbuhan rendah dan inflasi tinggi.

World Bank telah memangkas proyeksi pertumbuhan untuk sebagian besar negara. IMF menilai masih terlalu dini untuk menyatakan apakah resesi akan terjadi secara luas, tetapi memperkirakan prospek ekonomi global tetap suram dan beberapa negara akan mengalami resesi pada 2023.

Pernyataan kedua lembaga dunia itu membangkitkan kembali momok resesi bagi kalangan trader dan investor. Konsekuensinya, pasar melepas aset-aset yang dianggap berisiko lebih tinggi.

Yuan China jatuh ke bawah ambang 7.0000 per dolar AS untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun terakhir. Padahal, sejumlah data ekonomi China hari ini menampilkan kinerja ekonomi yang tangguh. Produksi industri China tumbuh melampaui estimasi konsensus, sementara penjualan ritel meningkat paling cepat dalam enam bulan terakhir.

EUR/USD tersungkur lagi ke bawah ambang paritas (1.000), kendati data inflasi Zona Euro untuk periode Agustus 2022 mendukung kenaikan suku bunga lanjutan. AUD/USD dan NZD/USD juga mengalami penurunan lebih lanjut pada area terendah multi-tahun.

GBP/USD menjadi pasangan mata uang mayor berkinerja terburuk hari ini. Sentimen pasar memburuk bertepatan dengan publikasi data penjualan ritel Inggris yang mengecewakan. Analis dari Capital Economics mengklaim bahwa kejatuhan penjualan ritel itu menandakan perekonomian Inggris telah mengalami resesi .


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE