Menu

Momok Stagflasi Bikin Euro Terancam Jatuh Ke Bawah Paritas

A Muttaqiena

Kurs euro merosot lantaran berbagai komplikasi akibat perang Rusia-Ukraina. Di sisi lain, aset-aset safe haven menjadi pilihan favorit trader.

Seputarforex - Euro menghadapi masa-masa terburuknya dalam sekitar sepuluh hari terakhir. EUR/USD tengah berupaya rebound saat berita ditulis (7/Maret), tetapi masih terkekang dekat level psikologis krusial pada 1.080. EUR/CHF bahkan sempat selip sejenak ke bawah paritas dan mencetak rekor terendah multi-tahun pada level 0.9971.

Grafik EUR/USD Daily via TradingView

Eropa terbukti menjadi wilayah ketiga yang paling terdampak oleh perang Rusia-Ukraina. Konflik bersenjata memantik beragam ketidakpastian seperti ancaman bencana nuklir dan risiko Perang Dunia III. Sedangkan sanksi internasional yang parah telah mengobrak-abrik perekonomian Rusia, sekaligus meningkatkan ancaman perlambatan ekonomi Eropa.

Situasi seperti ini mengakibatkan harga migas dan logam mulia melonjak pesat. Harga minyak mentah Brent dan WTI masing-masing kini sudah mencapai USD128 dan USD125 per barel. Padahal, perekonomian global masih bergelut dengan kenaikan laju inflasi yang belum terselesaikan sejak masa pandemi.

Eropa mengimpor sekitar 40 persen kebutuhan gas alam dan 25 persen kebutuhan minyaknya dari Rusia. Konsekuensinya, kini muncul sebuah korelasi unik di mana "semakin mahal harga minyak, makin murah kurs euro". Eropa pun terancam mengalami perlambatan ekonomi atau bahkan stagflasi.

Kurs euro merosot lantaran berbagai komplikasi ini. Di sisi lain, aset-aset safe haven menjadi pilihan favorit trader. Single Currency ke depan berisiko jatuh lebih jauh ke bawah paritas (1.000) versus franc Swiss, kecuali jika bank sentral Eropa (ECB) dan/atau Swiss (SNB) melaksanakan intervensi khusus untuk mencegahnya.

"(Lonjakan harga minyak) ini meningkatkan permintaan untuk dolar dan franc Swiss pagi ini," kata seorang pakar strategi FX yang diwawancarai oleh Reuters, "Ledakan dalam harga komoditas meningkatkan risiko kejutan stagflasi bagi Zona Euro dan memperumit outlook kebijakan bagi ECB."

Goldman Sachs menilai lonjakan harga minyak sebanyak USD20 secara berkelanjutan akan menekan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 0.6 persen di kawasan Euro dan 0.3 persen di Amerika Serikat. Skenario yang lebih buruk juga bisa terjadi jika Rusia membatasi pengiriman gas ke Eropa via Ukraina, karena GDP Zona Euro berpotensi jatuh sebanyak 1 persen.

Pelaku pasar akan memantau hasil rapat ECB pekan ini guna mengetahui opini para pejabat top Eropa tentang seberapa jauh dampak perang Rusia-Ukraina terhadap perekonomian dan kebijakan moneter ke depan. Sementara itu, sebagian trader sudah kehilangan harapan untuk kenaikan suku bunga ECB hingga beberapa tahun ke depan.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE