Menu

Nantikan Data Penting, Harga Minyak Flat Di Level Tinggi Tujuh Bulan

A Muttaqiena

Gangguan-gangguan produksi di berbagai wilayah serta pembalikan outlook harga jangka pendek masih menopang Brent pada kisaran $49.10 dan WTI di sekitar $48.20 per barel, selagi pasar menantikan rilis sejumlah data penting yang dijadwalkan dipublikasikan nanti malam.

Harga minyak mentah berjangka dunia bertahan di level tinggi pada perdagangan hari Rabu ini (5/18). Gangguan-gangguan produksi di berbagai wilayah serta pembalikan outlook harga jangka pendek masih menopang Brent pada kisaran $49.10 dan WTI di sekitar $48.20 per barel, selagi pasar menantikan rilis sejumlah data penting yang dijadwalkan dipublikasikan nanti malam.

Harga acuan dunia Brent dan WTI saat ini bergerak flat di level tinggi tujuh bulan sementara menunggu dikeluarkannya data persediaan minyak mentah Amerika Serikat oleh Energy Information Administration (EIA) dan notulen rapat kebijakan moneter April (FOMC) oleh bank sentral AS.

 

Waspadai Gangguan Produksi Berkepanjangan

Menurut analis dari ANZ Bank sebagaimana disampaikannya pada Reuters, "Dengan minyak terus mengalami gangguan suplai... data inventori EIA akan menjadi kunci dari price action. Penurunan lebih lanjut dalam persediaan bisa mengakibatkan berlanjutnya reli minyak ke level lebih tinggi... Dengan kebakaran (Kanada) menggeser mundur operasi oil sands, risiko gangguan suplai memanjang ke bulan Juni menjadi meningkat secara signifikan. Dikombinasikan dengan kejatuhan lebih lanjut pada ekspor dari Nigeria, (maka) pasar minyak fisik cukup ketat."

Data resmi menunjukkan bahwa ekspor minyak mentah Arab Saudi pada bulan Maret dilaporkan selip ke 7.541 juta bph dari 7.553 juta bph, meskipun pihak berwenang di negara pemegang hegemoni OPEC tersebut telah menegaskan komitmen untuk terus menggenjot produksi. Pun, banyak pihak kini memantau kondisi ekonomi di negara-negara eksportir utama karena dikhawatirkan kalau kejatuhan harga minyak akan menimbulkan dampak ekonomi besar, setelah Venezuela dilaporkan mengalami resesi parah yang mengancam keberlangsungan produksi minyak mentahnya.

 

Sentimen Rentan Berubah

Di sisi lain, notulen dari rapat kebijakan moneter bank sentral AS (FOMC) dikhawatirkan akan menggugah sentimen risiko pasar finansial. Dalam pernyataan pasca rapat di akhir April lalu, bias yang ditimbulkan cenderung beragam. Laporan GDP yang cukup mengecewakan dari negeri adidaya tersebut menyusul dan mengakibatkan Dolar cenderung loyo, sehingga memberikan kesempatan bagi harga-harga berbagai komoditas yang diperdagangkan dengan mata uang Dolar untuk meningkat, termasuk minyak.

Oleh karena itu, jika rilis notulen dari rapat dua pekan lalu tersebut petang nanti ternyata cenderung hawkish dan memicu Dolar AS menguat, maka bisa menimbulkan pergerakan yang tak terduga pada harga minyak. Sebagaimana diungkapkan oleh Ilya Spivak dari DailyFX, "Suasana penghindaran risiko (risk-off) bisa berakibat buruk bagi harga minyak yang berkaitan erat dengan sentimen, meskipun angka inventori pekanan EIA bisa membuat rumit price action. Diekspektasikan akan terjadi penurunan (pada inventori minyak mentah AS) sebanyak 3.14 juta barel."


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE