Menu

Output Industri China Tak Sesuai Ekspektasi, Retail Sales Melambat

Pandawa

Data output industri China mengalami penurunan, begitu pula dengan investasi aset tetap dan retail sales. Ini mencuatkan risiko penurunan ekonomi di paruh kedua 2022.

Seputarforex - Pada hari Senin (15/Agustus), Biro Statistik Nasional China merilis data Industrial Production atau output industri yang tumbuh sebesar 3.8 persen secara tahunan. Angka ini melambat dibandingkan kenaikan 3.9 persen pada periode sebelumnya, sekaligus meleset dari ekspektasi kenaikan 4.6 persen. Perlambatan ini memang tidak begitu tajam, tetapi mengindikasikan bahwa sektor manufaktur, pertambangan, dan utilitas China sedang mengalami tekanan di awal kuartal ketiga tahun ini.

Sementara itu, Fixed Asset Investment (Investasi aset tetap) mengalami penurunan cukup drastis. Data yang mengukur belanja barang modal dan investasi China ini turun dari 6.1 persen menjadi 5.7 persen secara tahunan (Year-over-Year). Rilis ini mematahkan ekspektasi ekonom yang memperkirakan kenaikan 6.2 persen dari tahun sebelumnya.

Data Retail Sales (Penjualan Ritel) China juga mengalami penurunan dari 3.1 persen menjadi 2.7 persen pada bulan Juli. Angka ini terbilang sangat mengecewakan karena meleset dari konsensus pasar untuk kenaikan 5 persen pada bulan Juli.

Rentetan publikasi data fundamental yang mengecewakan pagi ini semakin memperkuat pandangan bahwa perekonomian China tengah menghadapi hambatan besar di awal paruh kedua 2022. Negara ini tertatih-tatih di sepanjang kuartal kedua karena lockdown COVID di beberapa kota utama seperti Shanghai yang memukul telak sektor konsumsi hingga properti.

 

Risiko Perlambatan Masih Membayangi

Kabar terbaru menyebutkan bahwa pemerintah China berencana kembali menerapkan pembatasan di beberapa kota pusat manufaktur dan wisata pada bulan Juli. Hal ini menyusul ditemukannya kembali varian Omicron yang lebih menular.

Menanggapi kondisi suram ekonomi domestik, People Bank of China membuat kejutan dengan menurunkan suku bunga pinjaman utama untuk kedua kalinya tahun ini. Keputusan PBoC ini sedikit banyak berdampak terhadap pergerakan mata uang komoditas seperti AUD dan NZD, mengingat Australia dan New Zealand menjadikan China sebagai negara tujuan ekspor utama.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE