Menu

Pandemi Hantam Sektor Konsumsi, GDP Jepang Kembali Jeblok

Pandawa

Pembatasan sosial yang dilakukan pemerintah Jepang memukul sektor konsumsi sehingga menekan data GDP kuartal pertama. Namun, Yen menguat versus Dolar AS karena semakin redupnya prospek tapering The Fed.

Seputarforex - Pada hari Selasa (18/Mei), Biro Statistik Jepang mempublikasikan data GDP yang merosot dari 11.6 persen ke -5.1 persen secara tahunan pada kuartal pertama. Penurunan ini lebih dalam ketimbang forecast ekonom yang memperkirakan kemerosotan ke -4.6 persen saja.

Kontrakssi ekonomi Jepang juga terlihat dalam basis kuartalan (Quarter-over-Quarter). Tak tanggung-tanggung, data GDP Jepang secara QoQ mencapai -1.3 persen, jauh dibandingkan angka kuartal sebelumnya yang tumbuh 2.8 persen.

Memburuknya data GDP selama kuartal pertama tahun ini disebabkan oleh peluncuran vaksin yang berjalan lambat. Disamping itu, naiknya kembali kasus COVID-19 turut menekan sektor konsumsi yang notabene berkontribusi besar terhadap perekonomian. Konsumsi swasta tercatat turun 1.4 persen, mematahkan ekspektasi kenaikan 1.1 persen. Selain itu, konsumsi rumah tangga pun ikut terpengaruh, terutama untuk pengeluaran yang dinilai tidak mendesak seperti hiburan dan layanan publik.

Langkah pemerintah dalam menerapkan pembatasan darurat di tengah penyebaran virus Corona diperkirakan akan menghambat momentum pemulihan pada kuartal mendatang.

"Dengan situasi terkini yang semakin memburuk akibat kebangkitan kembali virus Corona dan diperparah oleh peluncuran vaksin yang terlalu lambat, maka dibutuhkan waktu hingga akhir tahun untuk kembali ke tingkat pra-COVID," kata Marcel Thieliant, ekonom senior di Capital Economics.

 

Dolar Melempem, Yen Ambil Kendali

Secara garis besar, rilis data GDP Jepang yang mengecewakan pagi ini tidak berdampak negatif bagi mata uang Yen. Sebaliknya, Yen berhasil menguat versus Dolar AS. Pair USD/JPY saat ini diperdagangkan pada kisaran 109.117, melemah 0.07 persen secara harian.

Tidak hanya versus Yen, Dolar AS juga melemah terhadap sebagian besar mata uang mayor. Indeks Dolar AS (DXY) terus turun dalam 4 hari berturut-turut dan saat ini diperdagangkan di level 90.09. Pergerakan bearish USD dilatarbelakangi oleh semakin redupnya spekulasi pasar terhadap tapering The Fed. Walaupun inflasi konsumen AS naik signifikan, Presiden The Fed Dallas, Robert Kaplan, baru-baru ini kembali menegaskan bahwa ia tidak mengharapkan suku bunga AS naik sampai tahun depan.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE