Menu

Pelemahan Dolar AS Tertahan Imbas Lockdown COVID-19 Asia

A Muttaqiena

Sentimen risk-off mulai merebak lantaran buruknya data ekonomi China dan menjamurnya kembali kebijakan lockdown COVID-19 di seantero Asia. Tetapi, sikap dovish The Fed meredam minat beli dolar AS.

Seputarforex - Indeks dolar AS (DXY) tertahan pada kisaran 90.30-an pada awal sesi Eropa hari Senin ini (17/Mei). Sentimen risk-off mulai merebak lantaran buruknya data ekonomi China dan menjamurnya kembali kebijakan lockdown di seantero Asia, tetapi sikap dovish The Fed meredam minat beli dolar AS.

Dolar AS masih cenderung defensif terhadap mayoritas mata uang utama, kecuali dolar Australia dan dolar New Zealand yang lebih sensitif terhadap fluktuasi risiko global. Saat berita ditulis, AUD/USD telah melemah sekitar 0.2 persen ke level 0.7760-an dan NZD/USD jatuh nyaris 0.5 persen ke level 0.7200-an.

Sejumlah negara bagian India pada hari Minggu menyatakan akan memperpanjang masa lockdown demi membendung pandemi COVID-19 yang telah menewaskan nyaris 275 ribu orang dan melumpuhkan layanan kesehatan nasional. Sejumlah analis memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi negeri berpopulasi terbesar kedua ini untuk tahun 2021, termasuk Moody's dan Fitch Ratings. Mereka masih berpendapat bahwa dampak gelombang pandemi kali ini takkan seburuk gelombang pertama, tetapi mengakui bahwa efeknya bakal lebih besar dari prakiraan sebelumnya.

Singapura dan Taiwan yang sebelumnya tergolong "sukses" membendung COVID-19, kini sama-sama mendeklarasikan peningkatan kewaspadaan dan memulai pembatasan sosial lagi. Jepang juga memperluas status darurat ke 3 prefektur akibat peningkatan kasus COVID-19, sehingga totalnya menjadi 9 prefektur.

Semakin memperburuk situasi, data ekonomi terbaru dari China mengisyaratkan akan terjadinya perlambatan lagi. Data penjualan ritel meleset dari ekspektasi, sementara output industri melambat lantaran kendala pasokan global dan kenaikan harga komoditas. Kabar ini langsung memukul harga minyak mentah, dan kemungkinan bakal menekan harga beragam komoditas lain pula.

Sentimen risk-off seperti ini biasanya mendorong peningkatan minat pasar pada safe haven seperti dolar AS. Namun, sikap dovish The Fed masih meredam minat pasar terhadap greenback. Apalagi sejumlah event ekonomi selama beberapa hari ke depan berpotensi membebani USD, termasuk publikasi notulen FOMC dan rilis data PMI Eropa.

"Kami memperkirakan notulen (FOMC)... untuk menegaskan bahwa para pengambil kebijakan menganggap kenaikan inflasi hanya sementara," ungkap Kim Mundy, pakar strategi dari Commonwealth Bank of Australia, sebagaimana dilansir oleh Reuters, "Intinya adalah bahwa kami tidak memperkirakan The Fed untuk mempertimbangkan tapering atas program pembelian asetnya dalam waktu dekat. Dolar diperkirakan akan melanjutkan tren penurunannya pekan ini setelah lonjakan yang dipacu oleh CPI pekan lalu."

"Agenda makro pekan ini memungkinkan EUR dan GBP untuk menguat lebih lanjut terhadap USD, apabila hasil survei PMI preliminer untuk Mei, yang dirilis di kedua wilayah, menawarkan sinyal optimisme lanjutan, khususnya pada indeks jasa," papar UniCredit.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE