Menu

Penguatan Poundsterling Terhalang 1.2900, Tunggu PM May Bikin Plan B

A Muttaqiena

Setelah menguat pasca voting mosi tak percaya atas PM Theresa May dini hari tadi, pergerakan Poundsterling cenderung sideways.

Poundsterling bergerak sideways terhadap Dolar AS pada awal perdagangan sesi Eropa hari Kamis ini (17/Januari) di kisaran 1.2870, setelah ditutup sedikit menguat pasca voting mosi tak percaya atas PM Theresa May dini hari tadi. Saat berita ini ditulis, Sterling diperdagangkan melemah 0.27 persen versus Yen di kisaran 140.10, sementara EUR/GBP tertekan di level terendah sejak 26 November lalu.

Setelah draft kesepakatan Brexit yang digadang-gadang oleh PM May ditolak mentah-mentah oleh Parlemen Inggris pada awal pekan ini, partai oposisi langsung memanfaatkan situasi dengan mengajukan mosi tak percaya pada kepemimpinannya. Apabila voting berhasil, maka Inggris kemungkinan harus mengadakan pemilu dini. Namun, voting atas mosi tak percaya tersebut ternyata ditolak dengan selisih sempit 325 versus 306 oleh anggota Parlemen Inggris.

Kemenangan kecil perdana menteri yang dijuluki oleh The New York Times sebagai "Britain's Lady of Perpetual Crisis" tersebut direspon dengan penguatan tipis oleh Sterling. Namun, GBP/USD belum mampu menembus ambang 1.2900 yang terakhir kali tercapai pada bulan November 2018.

Saat ini, PM May memiliki waktu hingga pekan depan untuk menyusun rancangan "Plan B" sembari mengkonsolidasikan posisinya kembali. Sebagaimana diungkapkan oleh May pasca voting, "Kita (bersama-sama) harus menemukan solusi yang dapat dinegosiasikan dan mendapatkan dukungan memadai di parlemen ini."

Karenanya, para analis menilai kalau satu-satunya opsi adalah mengundurkan tanggal keluarnya Inggris dari Uni Eropa dari 29 Maret ke pertengahan tahun ini. Selain itu, analis menilai probabilitas akan diadakannya referendum kedua yang kemungkinan berakhir dengan kemenangan kubu Anti-Brexit, makin tinggi ketimbang probabilitas akan munculnya suatu kesepakatan Brexit yang disetujui oleh Parlemen Inggris.

"Tak mungkin akan ada perubahan besar pada rencana May, jadi parlemen kemungkinan menentang (Plan B) juga," kata Yukio Ishizuki, pakar strategi senior di Daiwa Securities, pada Reuters. Di sisi lain, partai oposisi yang gagal menggusur May dari kursi perdana menteri juga kemungkinan bakal mengalihkan fokus mereka untuk mengkampanyekan referendum kedua.

Senada, Richard Falkenhall dari SEB mengatakan, "Satu hal tampak jelas -kesepakatan yang mereka bahas kemarin itu sekarang sudah mati, saya ragu mereka bisa mengutak-atik sedikit dan menyelamatkannya... Anda harus memantau beberapa alternatif mereka: tak ada dukungan di parlemen bagi No-Deal Brexit, jadi (masalah ini) akan berakhir dengan Brexit yang lebih lunak, atau bahkan referendum kedua."


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE