Menu

Penjualan Ritel AS Menggenjot Dolar Ke Puncak 1 Bulan

A Muttaqiena

Perilisan data penjualan ritel AS kali ini menggenjot ekspektasi suku bunga The Fed dan kurs dolar AS.

Seputarforex - Data penjualan ritel AS memberikan katalis positif bagi kurs dolar AS dalam perdagangan sesi New York hari Rabu (15/Februari). Indeks dolar AS (DXY) meroket sekitar 0.75% sampai menyentuh level 104.06, mencetak kurs terkuat sejak awal Januari.

Grafik DXY Daily via TradingView

Biro Sensus AS melaporkan bahwa penjualan ritel meningkat 3.0% (Month-over-Month) pada Januari 2023, nyaris dua kali lipat lebih pesat daripada estimasi konsensus yang sebesar 1.8%. Data tersebut "menebus" penurunan sebesar -0.7% pada periode sebelumnya, sekaligus mengerek pertumbuhan penjualan ritel tahunan dari 5.89% ke 6.38%.

Data penjualan ritel inti juga tampil ciamik. Pertumbuhan bulanan mencapai 2.3%, alias tiga kali lipat lebih baik dibandingkan estimasi yang hanya sebesar 0.8%. Hal ini menandakan permintaan masyarakat untuk kebutuhan pokok seperti makanan tetap tinggi di tengah kenaikan suku bunga dan inflasi AS.

Dolar AS sempat menanjak hati-hati pada awal perdagangan hari ini, karena data inflasi konsumen kemarin menampilkan situasi yang ambigu. Namun, tekanan inflasi ke depan akan tetap tinggi selama kondisi pasar tenaga kerja dan minat belanja masyarakat ketat seperti saat ini. Konsekuensinya, perilisan data penjualan ritel ini menggenjot ekspektasi suku bunga The Fed dan kurs dolar AS.

"Data (penjualan ritel AS) ini mengonfirmasi bahwa kuartal ini memiliki permulaan yang lebih kuat daripada perkiraan sebelumnya, serta memperkuat perlunya suku bunga lebih tinggi dalam kurun waktu lebih lama, karena hal ini menempatkan volume penjualan dalam kelompok kontrol 6% di atas garis tren pra-pandemi," kata Katherine Judge, ekonom di CIBC Capital Markets.

"Kami terus memperkirakan dua kali kenaikan (suku bunga) sebesar 25 bps lagi pada Maret dan Mei, membawa batas atas (suku bunga) ke 5.25%, kemudian suku bunga akan tetap sepanjang sisa tahun 2023," kata Nicholas Van Ness, ekonom Credit Agricole CIB, "Meski demikian, The Fed akan tetap bergantung pada data, dan jika data inflasi mendatang tetap berada pada sisi yang lebih kuat, itu akan membuka pintu bagi The Fed untuk terus menaikkan (suku bunga) setelah rapat (FOMC) Mei."

Greenback menguat pesat hingga lebih dari 1 persen terhadap dolar Australia, dolar New Zealand, serta pound sterling yang tergolong mata uang high risk. EUR/USD melemah 0.6 persen ke level 1.0650-an, batas terbawah dalam rentang konsolidasi yang terbentuk pekan lalu. Sementara itu, USD/JPY melanjutkan reli ke level tertinggi satu bulan pada kisaran 134.20-an.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE