Menu

Persediaan Minyak AS Meningkat, Reli Minyak Tersendat

Pandawa

Harga minyak melemah terbatas merespon peningkatan persedian minyak AS. Penurunan bisa berlanjut akibat pulihnya produksi minyak teluk Meksiko dan pembatasan COVID-19 di Eropa.

Seputarforex - Harga minyak mentah dunia sedikit melemah pada perdagangan hari Rabu (17/November) setelah persediaan minyak AS pekan lalu dilaporkan meningkat. Minyak Brent melemah 0.48 persen di $82.30 per barel, sementara minyak WTI (West Texas Intermediate) turun 0.50 persen pada kisaran $80.26 per barel.

American Petroleum Institute (API) menyebutkan bahwa persediaan minyak mentah AS yang dihitung secara mingguan naik 655k barel per 12 November. Meski di bawah ekspektasi kenaikan 1.55 juta barel, kenaikan pasokan minyak ini tetap membuat reli harga minyak tertahan. Sebelumnya, persediaan minyak AS sempat merosot hingga 2.48 juta barel dan mendorong lonjakan harga minyak pada pekan pertama November.

 

Pembatasan COVID-19 dan Kenaikan Pasokan Bayangi Harga Minyak

Secara umum, harga minyak membukukan kenaikan tajam sejak bulan Maret hingga pertengahan Oktober. Reli di sepanjang periode tersebut nyaris tanpa gangguan berarti karena didukung oleh kebijakan produksi OPEC+ yang berhati-hati dalam meningkatkan output. Namun, harga minyak cenderung bergerak fluktuatif setelah Presiden Biden mendesak negara-negara produsen minyak untuk segera menggenjot produksi.

Untuk saat ini, harga minyak berada dalam fase konsolidasi karena tarik-menarik sentimen pasar atas ketatnya pasokan dan risiko pembatasan COVID-19 terbaru di beberapa negara Eropa.

Analis memperkirakan harga minyak berpotensi kembali melemah, sehubungan dengan pernyataan Badan Energi Internasional (IEA) mengenai produksi minyak global yang meningkat 1.4 juta barel per hari (bph) bulan lalu. Angka ini dipastikan akan kembali meningkat lagi pada bulan November dan Desember, karena pasokan dari kawasan teluk Meksiko telah pulih dari badai tropis Ida.

Selain itu, tingginya harga minyak dalam beberapa waktu terakhir secara tidak langsung telah menekan permintaan. Negara konsumen utama seperti China sampai menurunkan volume impor minyak bulan lalu dan melepas cadangan bahan bakar ke pasar domestik, sembari menunda pembelian karena menganggap harga minyak saat ini sudah terlampau tinggi dan memicu terjadinya stagflasi.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE