Menu

Pimpinan Starbucks Tertarik Pada Pasar Kripto, Bukan Bitcoin Saja

Yodik Prastya

Schultz dan Starbucks masih tetap menunggu sebuah kripto yang dipelopori oleh Peritel besar, sebagai metode pembayaran yang mudah diakses publik.

Howard Schultz, yang baru-baru ini mengungkapkan kerjasamanya dengan Alibaba untuk mendirikan Starbucks Roastery di Shanghai seluas 30,000 kaki persegi, mengungkapkan antusiasmenya terhadap pasar kripto secara keseluruhan. Walaupun, hingga saat ini belum tertarik untuk menciptakan kripto sendiri.

 

Schultz mengatakan, "Dalam beberapa tahun ke depan, saya yakin beberapa kripto yang legal akan muncul, didukung dan diadopsi oleh pedagang ritel". Dia menjelaskan, "Saya pribadi percaya bahwa ada satu atau beberapa mata uang digital terpercaya dari teknologi blockchain. Legitimasi dan kepercayaan dalam hal aplikasi konsumennya harus didukung oleh merek dan lingkungan peritel. Sehingga, konsumen memiliki kepercayaan pada perusahaan penyedia layanan transaksi tersebut."

Howard Schultz menekankan bahwa Starbucks, perusahaan yang dipimpinnya tidak tertarik untuk menciptakan kriptonya sendiri, tidak seperti beberapa konglomerat di sektor teknologi dan keuangan yang memaksakan diri untuk menciptakan koin pembayaran mereka. Dia menjelaskan alasannya bahwa nilai kripto berasal dari sifat terdesentralisasi, nilai keamanan, serta bebas dari seluruh hambatan transaksi, sehingga pengembang kripto individual dirasa tidak efisien.

Meskipun begitu, Schultz dan Starbucks masih tetap menunggu sebuah kripto yang dipelopori oleh Perusahaan Ritel berskala besar, sebagai metode pembayaran yang mudah diakses dan digunakan oleh publik.

 

OmiseGo

Pekan lalu, perusahaan fasilitator pembayaran dengan pangsa pasar $9 miliar, Stripe, menegaskan kembali optimismenya terhadap kripto yang diluncurkan dengan basis teknologi Ethereum. "OmiseGO", proyek yang ditangani Stripe tersebut adalah sebuah wujud Smart Contracts yang dioptimalkan untuk menangani pembayaran bagi pihak peritel. Pemilihan Ethereum dilakukan setelah Stripe meninggalkan Bitcoin sebagai sistem pembayaran sebelumnya, mengingat biaya per-transaksi pada Bitcoin dapat mencapai $65.

Pihak Stripe menjelaskan, "OmiseGO adalah proposal yang inovatif dan cerdik. Ethereum menurut kami merupakan platform yang sangat cocok digunakan bagi peritel. Jika subtantif terus meningkat, bantuan dari Stellar (Junior Ethereum) akan kami dapatkan".

Tahun lalu, OmiseGO mendapatkan kemitraan dengan McDonald Thailand, untuk opsi pembayaran platform pengiriman online.

Meskipun banyak kripto di pasar yang saat ini tetap digunakan sebagai alat pembayaran seperti ini, Schultz menegaskan kembali bahwa dia tak berpendapat Bitcoin dapat diadopsi sebagai mata uang di masa depan.

 

Adopsi Bitcoin di Beberapa Negara Maju

Di Jepang, Bitcoin sudah di adopsi dengan baik oleh peritet seperti Bic Camera, Maskapai Penerbangan Peach, serta Capsule Hotel sudah menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran sejak pertengahan 2017. Adopsi tersebut dilakukan segera setelah pemerintah Jepang melegalkan dan menyetujui Bitcoin sebagai mata uang.

Bitcoin juga digunakan sebagai mata uang Peer-to-Peer di banyak wilayah di luar Jepang. Di Korea Selatan dan Filipina, Bitcoin sering digunakan sebagai metode pengiriman uang untuk pembayaran skala besar dari satu negara ke negara lain.

Schultz menolak berkomentar mengenai sikap pesimisnya terhadap Bitcoin. Namun yang pasti, komentar negatif tersebut berasal dari fenomena kemacetan jaringan Bitcoin dan pembengkakan ongkos pembayaran per-transaksi yang semakin parah.


Berita Kripto Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE