Menu

PM May Kalah Di Voting Parlemen, Brexit Semakin Kacau

Pandawa

Kekalahan PM May dalam voting Parlemen hari Selasa kemarin semakin meningkatkan ketidakpastian tentang masa depan Inggris terkait Brexit.

Parlemen Inggris telah melaksanakan voting pada hari Selasa (12/3) malam (Rabu dini hari WIB), dengan hasil kekalahan untuk PM Theresa May. Sebagian besar anggota parlemen menentang rencana kesepakatan Brexit yang diajukan pemerintah dengan hasil suara 391-242. Hal ini pun kembali mendorong Inggris masuk ke dalam krisis dan ketidakpastian yang semakin berlarut-larut.

Meski kalah, margin kekalahan PM May pada voting tadi malam setidaknya lebih kecil dibandingkan voting yang dilaksanakan pada bulan Januari lalu, yakni sebesar 230 suara. Kemungkinan besar, hal ini akan mendasari upaya May untuk kembali berjuang mendapatkan dukungan anggota parlemen anti-Uni Eropa garis keras di Partai Konservatif. Selama ini, golongan anggota parlemen ini memang sangat vokal menentang rencana Brexit yang digagas May.

 

Pasar Nantikan Voting Parlemen Hari Rabu

Fokus pasar saat ini tengah tertuju pada voting lanjutan yang akan digelar pada pukul 19:00 GMT atau Kamis dini hari (WIB). Pemungutan suara lanjutan yang akan dilaksanakan hari itu akan menentukan apakah Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan (No Deal Brexit) atau dengan skenario lain sebelum batas 29 Maret mendatang.

Kekalahan kedua PM May dalam voting Parlemen menjadi sorotan dan tanggapan dari banyak pihak, termasuk dari kubu partai oposisi. Seorang juru bicara partai Buruh bahkan mengatakan bahwa kekalahan ini bisa mendorong PM May untuk menyerah "berpura-pura memimpin negara". Namun, komentar tersebut langsung dibantah oleh juru bicara May yang mengatakan bahwa sang Perdana Menteri belum membicarakan pengunduran dirinya.

 

Inggris Hadapi Kebuntuan Politik

Kekalahan PM May dalam voting parlemen telah membawa Inggris dalam kebuntuan politik, karena hingga saat ini belum bisa ditentukan seperti apa skenario Brexit yang bakal diambil oleh Inggris. Pasar melihat berbagai skenario, mulai dari pencabutan Article 50, referendum kedua, atau bahkan opsi keluar Uni Eropa tanpa kesepakatan.

Graham Brady, seorang anggota parlemen Konservatif yang berpengaruh, mengatakan bahwa dua skenario yang paling mungkin terjadi yaitu meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan atau penundaan tanpa batas waktu. Komentar lain datang dari Andrea Leadsom, Ketua Majelis Rendah dari Partai Konservatif, yang mengatakan bahwa dirinya masih berharap Inggris meninggalkan Uni Eropa dengan kesepakatan yang bagus.

 

Posisi GBP/USD Sangat Rentan

Pada pukul 09:31 WIB, pair GBP/USD bergerak volatile dan diperdagangkan pada kisaran 1.3090, atau cenderung bergerak melemah dibandingkan sesi Asia pada hari Selasa kemarin. Pergerakan liar Sterling juga terlihat versus mata uang mayor lain seperti GBP/AUD, GBP/JPY, dan GBP/CAD.

Sterling berpotensi melemah tajam apabila hasil voting parlemen nanti malam memilih Inggris keluar tanpa kesepakatan (No Deal Brexit), sebuah skenario yang ditakutkan banyak pihak karena akan membawa kerugian ekonomi bagi Inggris dalam hubungan perdagangan serta bisnis dengan kawasan Uni Eropa.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE