Menu

Pound Tumbang Akibat Inggris Ingin Usir Rusia Dari SWIFT

A Muttaqiena

Niat Inggris mendepak Rusia dari sistem pembayaran internasional SWIFT konon menjadi salah satu faktor yang menghantam kurs pound.

Seputarforex - Pound sterling merosot tajam hingga mencapai rekor terendah dua bulan pada kisaran 1.3273 versus dolar AS dalam perdagangan kemarin. Niat Inggris mendepak Rusia dari sistem pembayaran internasional SWIFT konon menjadi salah satu faktor yang menghantam kurs pound. Syukurnya, langkah itu pada akhirnya tidak masuk dalam paket sanksi yang baru saja dijatuhkan atas Rusia. Saat berita ditulis (25/Februari), GBP/USD berupaya naik pada kisaran 1.3375.

Grafik GBP/USD Daily via TradingView

Financial Times melaporkan bahwa PM Inggris Boris Johnson mendesak "sangat kuat" agar Rusia disingkirkan dari SWIFT. Alasannya, langkah tersebut akan efektif untuk memukul perbankan Rusia dan perdagangan internasionalnya.

SWIFT merupakan platform keuangan yang menghubungkan lebih dari 11 ribu perbankan dan lembaga keuangan di seluruh dunia, serta menjadi salah satu instrumen vital untuk pembayaran barang-barang impor/ekspor dari dan ke Rusia. Dengan demikian, pencabutan Rusia dari SWIFT berpotensi menjadi "opsi nuklir" dalam upaya Barat menghukum invasi Rusia atas Ukraina .

"Ini adalah opsi paling drastis yang tersedia, karena terputusnya hubungan Rusia dari SWIFT pada dasarnya mengisolasi negeri itu dan bisnis-bisnisnya dari pasar Barat," kata Rich Kelly, analis dari TD Securities.

Untungnya, Uni Eropa kemarin menampik rekomendasi Johnson. Sempat terjadi perpecahan antara negara-negara anggota Uni Eropa yang pro dan kontra. Polandia, Estonia, Latvia, dan Lithuania mendukungnya. Namun, keputusan final sanksi dari Uni Eropa tidak memasukkan "opsi nuklir" ini lantaran adanya penolakan dari Jerman, Italia, Hungaria, dan Siprus yang memiliki relasi ekonomi lebih erat dengan Rusia.

"Memperoleh persetujuan untuk pemutusan (hubungan Rusia dengan SWIFT) akan membutuhkan suara mayoritas yang cukup di dewan SWIFT yang didominasi oleh pemain Eropa," kata Kelly, "(Namun) negara-negara Eropa membutuhkan akses ke sistem perbankan Rusia untuk mengirim pembayaran bagi pasokan minyak dan gas, dan karenanya, akan sangat enggan untuk memaksa Rusia keluar (dari SWIFT)."

Kelly menyatakan lebih lanjut bahwa apabila Rusia keluar dari SWIFT, semua aset Rusia tidak akan bisa diperdagangkan lagi. Hal itu bakal berdampak pada kenaikan permanen atas harga minyak, gas, dan berbagai komoditas lain.

Langkah ekstrim seperti itu juga berpotensi menjadi bumerang bagi euro, pound, dan mata uang-mata uang Barat. Pasalnya, Rusia dapat mengatasinya dengan beralih ke mata uang lain seperti Yuan China untuk menyelesaikan transaksi-transaksi perdagangan internasionalnya.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE