Menu

Produksi Minyak AS Saingi Saudi, Brent Dan WTI Melorot

A Muttaqiena

Peningkatan produksi minyak AS mengakibatkan harga Minyak jatuh sekitar 1 persen pada hari Senin lalu dan masih terus tertekan hingga Selasa pagi ini.

Seputarforex.com - Peningkatan laju produksi Amerika Serikat serta penguatan Dolar AS mengakibatkan harga Minyak jatuh sekitar 1 persen pada hari Senin lalu dan masih terus tertekan hingga Selasa pagi ini (30/Januari). Selisih antara harga acuan Brent dan WTI menyempit hingga kisaran $4 per barel —terendah sejak Agustus 2017— seiring dengan melonjaknya produksi AS hingga menyamai output Arab Saudi.

 

Peringatan Menteri Perminyakan Iran

Dalam pelaporan Baker Hughes terbaru, jumlah oil drilling rigs di negeri Paman Sam melonjak sebanyak 12 buah ke angka total 759. Sementara itu, produksi minyak mentah naik lagi dari 9.750 juta barel per hari (bph) ke rekor tinggi baru pada 9.878 juta bph pekan lalu. Dengan demikian, laju produksi minyak AS kini kurang lebih setara dengan Arab Saudi, produsen minyak terbesar OPEC. Di seluruh dunia, hanya Rusia yang menghasilkan output lebih tinggi dengan rerata 10.98 juta bph di tahun 2017.

"Sejauh ini berita keseluruhan bearish; rig count meningkat dan Menteri Perminyakan Iran memperingkatkan tentang harga yang terlalu tinggi," kata Giovanni Stauvono, analis komoditas di UBS Group AG, sebagaimana disampaikannya pada Bloomberg.

Menteri Perminyakan Iran, Bijan Zanganeh, di akhir pekan menyatakan bahwa harga Minyak di kisaran $60 per barel itu "bagus". Namun, ia juga memperingatkan kalau harga lebih tinggi dari itu, maka akan mendorong digiatkannya produksi dari sumber-sumber suplai minyak yang membutuhkan biaya tambang lebih besar, seperti minyak shale AS, dan pada akhirnya akan mengakibatkan penurunan harga.

 

Menjelang Kenaikan Bulanan Kelima

Sebelumnya, harga Minyak telah reli hingga mencapai level tertinggi sejak tahun 2014 pada pertengahan pekan lalu dengan dukungan dari kesepakatan pemangkasan output oleh negara-negara OPEC, serta pelemahan Dolar AS yang mengakibatkan komoditas menjadi lebih murah bagi para pemegang mata uang lain dalam perdagangan dunia. Namun, peningkatan laju produksi AS mengancam keseimbangan pasar baru yang dirintis kesepakatan pemangkasan output. Di sisi lain, Indeks Dolar AS yang sempat terperosok hingga menyentuh 88.44, mulai menggeliat pada hari Senin.

Menjelang penghujung bulan Januari, harga Minyak masih dalam jalur menuju kenaikan bulanan kelima beruntun, tetapi agaknya koreksi tak terhindarkan. Saat berita ditulis pada awal sesi Asia, Brent merosot 0.33% ke $69.17, dan WTI longsor 0.52% ke $65.16 per barel.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE