Menu

Prospek Damai AS-Iran Meredup, Harga Minyak Naik

Pandawa

Menteri Luar Negeri AS mengatakan bahwa belum ada indikasi Iran mau tunduk terhadap komitmen nuklir. Harga minyak naik karena hal ini mengendurkan prospek melimpahnya pasokan minyak.

Seputarforex - Harga minyak dunia melonjak tajam karena meredupnya prospek kesepakatan nuklir AS-Iran dalam waktu dekat. Harga minyak Brent saat ini berada di kisaran $68.54 per barel, sementara minyak WTI (West Texas Intermediate) menguat di kisaran $66.17 per barel.

AS dan Iran sedianya dijadwalkan untuk melanjutkan pembicaraan tidak langsung (indirect negotiation) di Wina pada minggu ini. Namun, pelaku pasar sudah merasa skeptis dan memperkirakan jika perundingan itu tidak akan menghasilkan kesepakatan yang sama-sama disetujui oleh kedua belah pihak.

Selama ini, Iran berulang kali menuntut AS untuk menghapus seluruh sanksi sebelum Tehran menyetujui pelucutan program nuklir. Di sisi lain, AS hanya menawarkan pencabutan sanksi secara bertahap terhadap Iran.

"Menteri Luar Negeri AS mengatakan bahwa tidak ada indikasi Iran bersedia mematuhi komitmen nuklir seperti yang diharapkan AS selama ini," kata Sophie Griffiths, analis pasar komoditas di OANDA.

Meredupnya prospek kesepakatan nuklir AS-Iran berarti pasokan minyak mentah global akan terjaga seperti saat ini. Jika AS tak membuka sanksinya terhadap Iran, maka pasokan minyak dari Iran tak akan membanjiri pasaran seperti yang sebelum ini dikhawatirkan. Tak pelak, kondisi tersebut mendorong harga emas hitam melonjak lebih dari 3 persen pada perdagangan awal pekan kemarin.

 

Kenaikan Minyak Dibayangi Isu Pemulihan Dari Pandemi

Di tengah reli harga minyak yang kian mendekati level psikologis $70 per barel, prospek permintaan yang tidak merata menjadi hambatan bagi harga minyak untuk menguat lebih lanjut. Selain itu, pemulihan global dari pandemi yang berlangsung lambat dan belum merata menyebabkan minyak sulit kembali ke level pra-pandemi.

Beberapa negara di kawasan Eropa dan AS mulai berangsur melonggarkan pembatasan yang berpotensi mengerek permintaan minyak. Namun, kawasan Asia masih bergumul dengan kasus Corona yang masih tinggi, sehingga cukup membayangi prospek pergerakan harga minyak ke depan.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE