Menu

Rapat ECB Perdebatkan Harga Minyak Dunia: Berkah Atau Serapah?

N Sabila

Presiden ECB, Mario Draghi dan rekan-rekannya, akan memperdebatkan masalah pengaruh murahnya harga sumber energi pada perekonomian Zona Euro, serta memutuskan apakah hal ini akan menjadi berkah ataukah sebuah kutukan. ECB dijadwalkan akan mengadakan pertemuan rutin dengan pejabat-pejabat ECB lainnya pada pekan ini.

Presiden Bank Sentral Eropa (ECB), Mario Draghi dan rekan-rekannya, sedang memperdebatkan masalah pengaruh murahnya harga sumber energi pada perekonomian Zona Euro, serta memutuskan apakah hal ini akan menjadi berkah ataukah sebuah kutukan. ECB dijadwalkan akan mengadakan pertemuan rutin dengan pejabat-pejabat ECB lainnya pada pekan ini.

Sejumlah 24 orang pengambil kebijakan dilibatkan dalam rapat ini. Mereka akan menganalisa, apakah rendahnya harga minyak dunia saat ini akan mempengaruhi ekspektasi inflasi Zona Euro atau tidak, dengan hasil akhirnya adalah keputusan tentang apa yang harus mereka lakukan terkait hal ini.

Pada Jumat (28/11) lalu diberitakan bahwa OPEC tidak mengubah suplai minyak mereka, meskipun harga minyak mentah sedang berada di bawah tekanan. Secara tak langsung, murahnya harga minyak akan makin menyulitkan negara-negara yang sedang berupaya menaikkan Indeks Harga Konsumen mereka, terutama Zona Euro yang masih dalam fase stagnasi.

 

Adu Argumen Weidmann Dan Draghi

Pimpinan Bank Sentral Jerman yang juga menjadi pejabat ECB, Jens Weidmann, mensinyalkan betapa harga minyak saat ini menjadi titik fokus dalam perdebatan mengenai rencana pelonggaran kuantitatif (QE). Pada pekan lalu, Weidmann sempat mengatakan bahwa menurunnya harga bahan bakar bisa dianggap sebagai sebuah paket stimulus mini, sehingga ECB tidak perlu lagi untuk menambah pengukuran stimulusnya saat ini.

Akan tetapi, pendapat Weidmann tersebut kontras dengan Mario Draghi dan Peter Praet (Kepala Ekonom ECB). Dua pejabat paling berpengaruh di ECB itu justru memandang bahwa guncangan harga (bahan bakar) saat ini dapat menimbulkan bahaya pada perekonomian yang rapuh seperti perekonomian Zona Euro saat ini. Bahaya tersebut bahkan dikhawatirkan akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

Menurut Kepala Analis Ekonomi di Nordea Markets, Kopenhagen, Denmark dalam wawancaranya dengan Bloomberg, keputusan ECB pada pekan lalu seolah menjadi paksaan bagi ECB untuk bertindak lebih jauh. Berdasarkan analisa analis tersebut, dampak rendahnya harga minyak pada tahun 2015 sebetulnya bisa saja positif namun, pihak dovish di ECB sepertinya tidak akan menyerah untuk mendesak agar ECB segera melakukan QE. Perdebatan ECB ini diharapkan dapat menemukan jalan keluarnya pada Kamis (04/12) mendatang bersamaan dengan pengumuman suku bunga.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE