Menu

Relasi AS-China Memanas, Dolar Melempem

A Muttaqiena

China mulai melancarkan aksi balasan lagi terhadap serangan diplomatik AS. Konflik antara kedua negara dikhawatirkan bakal menyeret bursa saham AS juga.

Seputarforex - Indeks Dolar AS (DXY) terhimpit dalam rentang sangat sempit dalam perdagangan sesi Asia hari ini (14/Juli). Mata uang-mata uang mayor diperdagangkan dalam kisaran terbatas menyusul kekhawatiran baru tentang relasi diplomatik Amerika Serikat dan China. Beijing mulai melancarkan aksi balasan terhadap Washington, sedangkan Gedung Putih sedang menggodok sejumlah rencana aksi baru.

China mengumumkan sanksi terhadap tiga anggota parlemen AS dan satu duta besar AS atas tuduhan mengusik isu internal dan menggerogoti kedaulatan negaranya. Hal ini diperkirakan merupakan pembalasan terhadap langkah Washington menerapkan sanksi terhadap sejumlah petinggi China terkait pelanggaran HAM Muslim Uighur beberapa waktu lalu.

Di sisi lain, AS tengah menyiapkan sederet proposal sanksi baru bagi China. Di samping wacana untuk merusak pegging USD/HKD dan memblokir media sosial China, Gedung Putih juga dikabarkan sedang mempertimbangkan langkah baru untuk mencabut perjanjian 2013 tentang kerjasama otoritas audit China dan AS. Langkah itu bisa jadi merupakan pendahuluan untuk menginvestigasi atau memaksa delisting perusahaan-perusahaan China yang melantai di bursa saham AS dengan mengesampingkan aturan tentang keterbukaan informasi.

"Fokusnya telah bergeser dari perkara apakah lockdown berikutnya terkait virus Corona akan cukup besar untuk merusak pertumbuhan ekonomi," kata Junichi Ishikawa, pakar strategi forex senior di IG Securities, "Masalah Hong Kong berpotensi memicu keretakan perdagangan baru. Perkembangan negatif di kedua kubu dapat mengakibatkan saham melemah dan menggerakkan arus safe haven ke dolar dan yen."

Pelaku pasar juga masih menunggu publikasi beragam data ekonomi baru dalam sepekan ke depan. Termasuk diantaranya data penjualan ritel AS, pengumuman kebijakan moneter ECB dan BoC, data GDP China kuartal II/2020, hasil survei ZEW Jerman, data pengangguran dan penjualan ritel Inggris Raya, data ketenagakerjaan Australia, indeks PMI dan inflasi New Zealand, serta pertemuan para petinggi Uni Eropa .


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE