Menu

Risk-off COVID-19 Berlanjut, Dolar Capai Level Terkuat Dua Bulan

A Muttaqiena

Data ekonomi positif mendukung dolar AS di tengah eskalasi ketegangan politik dalam negeri, sementara ancaman COVID-19 semakin mencekam benua Eropa.

Seputarforex - Indeks dolar AS (DXY) berhasil mencapai level tertinggi sejak akhir Juli pada level 94.25 dalam perdagangan hari ini (23/September). Posisinya terkoreksi ke 93.95 saat berita ditulis, tetapi Greenback masih tetap unggul versus sebagian besar mata uang mayor. Data ekonomi positif mendukung dolar AS di tengah eskalasi ketegangan politik dalam negeri, sementara ancaman virus Corona (COVID-19) semakin mencekam benua Eropa dan berbagai negara lain.

AUD/USD dan NZD/USD tersungkur pada rekor terendah sebulan, setelah pejabat bank sentral masing-masing memperkuat sinyal akan diterapkannya suku bunga negatif . Sedangkan GBP/USD dan EUR/USD lesu lantaran berbagai negara Eropa mulai memberlakukan pembatasan perjalanan dan jam kerja bisnis non-esensial. USD/JPY pun ikut menanjak cukup tinggi. Meski demikian, risiko dari pemilu presiden AS menempatkan USD pada posisi rentan terkoreksi lagi hingga bulan November mendatang.

"Beberapa orang bertaruh dolar akan menguat lebih tinggi terhadap euro yang tampaknya sudah overvalue," ujar Masafumi Yamamoto dari Mizuho Securities, sebagaimana dilansir oleh Reuters, "Gambaran di Eropa sudah berubah sepenuhnya, karena pemulihan ekonomi macet dan ada gelombang kedua virus. Tetapi saya juga mengkhawatirkan perpolitikan AS."

Data hari Selasa menunjukkan existing home sales bulan Agustus meroket ke rekor tertinggi dalam nyaris 14 tahun terakhir. Akan tetapi, iklim politik Washington memburuk dengan signifikan setelah wafatnya Hakim Agung Ruth Bader Ginsburg pada tanggal 18 September lalu. Presiden AS Donald Trump dan kubu Republikan mengakselerasi penunjukan penggantinya sebelum pemilu mendatang, mengabaikan preseden di mana Senat menolak mengklarifikasi Hakim Agung baru pada periode terakhir kepemimpinan Presiden Barack Obama. Sejumlah pihak khawatir kalau hal ini merupakan awal dari pergumulan sengit pada bulan November, jika Trump kalah dalam pemilu dan menolak untuk mundur dengan damai.

Sementara itu, pidato sejumlah tokoh pemerintahan dan bank sentral Amerika Serikat mengekspresikan sinyal beragam. Presiden The Fed Chicago Charles Evans mengungkapkan perekonomian AS berisiko mengalami pemulihan ekonomi lebih lamban jika parlemen gagal mengesahkan paket stimulus fiskal tambahan. Namun. orang dekat Gedung Putih justru mengisyaratkan keengganan pemerintah federal untuk mengirimkan bantuan penanggulangan COVID-19 lagi.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE