Menu

Rupiah Melanjutkan Penguatan Di Kisaran 13,900

Brianika

Rupiah masih unggul atas Dolar AS. Penguatan Rupiah ini dipengaruhi oleh sentimen dalam negeri dan luar negeri. Apa saja?

Seputarforex.com - Rupiah berjaya atas Dolar AS saat sesi Asia pada perdagangan Jumat (03/Januari). Berdasarkan grafik TradingView di bawah ini, USD/IDR melemah 0.22 persen dibandingkan harga Open harian ke level Rp13,915.

Kurs Rupiah yang ditampilkan grafik di atas tidak berbeda jauh dibandingkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, yang menunjukkan angka Rp13,899. Nilai itu menguat 4 poin bagi Rupiah jika dibandingkan dengan hari sebelumnya. Apa saja yang mendorong pergerakan Rupiah hari ini?

 

Laju Inflasi Rendah

Dari dalam negeri, rilis data inflasi memberikan pengaruh terhadap pergerakan Rupiah. Pada Kamis (02/Januari), Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan laju inflasi 2019 sebesar 2.72 persen, lebih rendah dari nilai ekspektasi 2.90 persen. Pencapaian ini sekaligus menjadi nilai terendah sepanjang 20 tahun terakhir. Jika diuraikan, inflasi 2019 dalam basis tahunan didukung oleh kelompok volatile goods yang naik dari 3.39 persen ke 4.3 persen.

"Yang mendekati (laju inflasi saat ini) adalah 2009. Kalau melihat tahun-tahun ke belakang, ini adalah yang terendah sejak 1999," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers.

Sementara itu, inflasi Desember 2019 dalam basis bulanan mencapai 0.34 persen. Nilai tersebut mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu 0.14 persen. Peningkatan ini dianggap sebagai pola musiman yang wajar terjadi setiap akhir tahun.

Bank Indonesia menyebutkan bahwa nilai inflasi saat ini merupakan hasil sinergi bersama antara bank sentral dan pemerintah.

"Pencapaian positif ini tidak terlepas dari konsisten Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas harga," kata Direktur Departemen Komunikasi BI, Muhammad Nur, sebagaimana dilansir di Kompas.com.

Menurut Muhammad, BI dan pemerintah melakukan koordinasi untuk menjaga inflasi terkendali di bawah 3 persen selama beberapa tahun terakhir.

Meski menjadi capaian positif, rendahnya inflasi mengindikasikan adanya penurunan konsumsi masyarakat. Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat telah menunda konsumsi pada akhir tahun ini. Hal tersebut bertujuan untuk mengantisipasi kenaikan harga pada beberapa sektor, seperti iuran BPJS Kesehatan dan cukai rokok. Melemahnya daya beli masyarakat juga dianggap sebagai imbas dari pertumbuhan ekonomi global yang menurun.

"Ekspor komoditas Indonesia selama 2019 mengalami pelemahan. Sedangkan, produksi domestik tidak mengalami perubahan yang berarti. Akibatnya, sumber penghasilan yang dapat menggerakan daya beli domestik juga ikut melemah," terang Kepala Departemen Ekonomi di Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia, Yose Rizal Damuri.

 

Kesepakatan Fase Pertama AS-China Segera Tercapai

Selain dari sentimen dalam negeri, penguatan mata uang Garuda juga disokong oleh tercapainya kesepakatan dagang fase pertama AS-China. Penandatanganan perjanjian AS-China fase pertama ini diperkirakan berlangsung pada pertengahan Januari. Situasi dagang yang kondusif membuat investor berani menanamkan modal ke aset berisiko dan negara berkembang, termasuk Indonesia.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE