Menu

Rupiah Menguat Pesat, Sentuh Area 14,000 Per USD

Rizal Aditya

Rupiah menguat hingga sempat menyentuh level 14,000 per 1 USD. Rilis data Cadangan Devisa, Indeks Kepercayaan Konsumen, dan faktor eksternal menjadi penggeraknya.

Seputarforex.comNilai tukar Rupiah menguat terhadap Dolar AS pada Selasa pagi ini (8/Januari). Menurut grafik pasar spot Bloomberg pukul 11.05 WIB, Rupiah menguat sebesar 14,071 per USD, lebih baik dibandingkan sesi penutupan pada Senin (7/Januari) di kisaran 14,082.

Sementara itu, grafik USD/IDR Daily di bawah ini menunjukkan koreksi harga ke level 14,115, saat berita ini di-update pada pukul 11:58 WIB. Di hari sebelumnya, candle harga sempat menyentuh level terendah di angka Rp14,000.

 

Cadangan Devisa Naik, Pemerintah Tetap Siaga

Dari dalam negeri, Rupiah didukung berbagai sentimen positif, salah satunya adalah rilis cadangan devisa Indonesia Desember 2018 yang mengalami kenaikan. Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa pada akhir Desember 2018 meningkat sebesar 120.7 miliar Dolar AS. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya di kisaran 117.2 miliar Dolar AS.

Menurut BI, Peningkatan cadangan devisa pada Desember 2018 dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain penerimaan devisa migas, penerbitan global bonds, dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan bahwa pihaknya akan terus mengantisipasi setiap perubahan yang ada.

"Saya rasa kita akan tetap terus memperhatikan dan terus bereaksi secara berhati-hati terhadap perubahan yang ada. Kita manfaatkan sentimen positif, tapi pada saat yang sama tetap harus antisipatif. Saya enggak mau spekulasi. Kita lihat saja. Faktor fundamentalnya yang penting kita perkuat,” tutur Sri Mulyani sebagaimana dikutip dari Liputan6.

 

Trend Rupiah Menguat Masih Akan Berlanjut

Data domestik berikutnya yang berimbas penguatan Rupiah yaitu Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Desember 2018. IKK naik ke 127, lebih besar dibandingkan bulan sebelumnya di kisaran 122.7. Rilis data tersebut mencerminkan adanya optimisme perekonomian di Indonesia, serta menunjukan kepercayaan konsumen bahwa perekonomian dalam negeri sedang kondusif.

Menurut Pakar Keuangan, Andri Hardianto, trend Rupiah menguat kemungkinan masih akan berlanjut, bahkan diprediksi bisa sampai Rp13,940 – Rp14,100 per Dolar AS. Sejumlah isu fundamental menurutnya turut andil menopang pergerakan Rupiah.

"Dari regional, ada penguatan mata uang China yang ikut menggerakkan Rupiah. Kemudian, dari domestik, ada topangan yang cukup kuat dari fundamental ekonomi Indonesia, khususnya inflasi rendah di 3.13 persen. Ada pula penantian pelaku pasar terhadap risalah rapat The Fed (FOMC) pada Rabu mendatang," terangnya dikutip CNN Indonesia.

 

Menurunnya Outlook Suku Bunga AS Lemahkan Dolar

Sementara dari eksternal, perkiraan pasar untuk Fed Rate Hike di tahun 2019 yang semakin memudar, menyebabkan Dolar AS makin tertekan. Hal ini terjadi setelah Jumat lalu (4/Januari), Ketua The Fed Jerome Powell mengungkapkan pernyataan yang dianggap bernada dovish . Akibatnya, banyak pihak kini memperkirakan jika The Fed berpotensi tidak akan menaikkan suku bunga sama sekali di tahun 2019.

Mengingat para pelaku pasar menilai The Fed tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga, maka mereka biasanya akan beralih pada aset selain Dolar, termasuk mata uang negara berkembang seperti Rupiah. "Dengan kondisi ini, para investor melirik emerging market ," jelas ekonom BCA, David Sumual, sebagaimana dilansir dari Kontan.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE