Menu

Rupiah Merosot Pasca Rilis Data Inflasi Oktober

Brianika

Rupiah terus mengalami penurunan pada perdagangan akhir pekan ini. Kondisi tersebut terjadi setelah rilis data inflasi dan PMI Manufaktur.

Seputarforex - Pada perdagangan akhir pekan (01/November), Rupiah tak berdaya melawan Dolar AS. Berdasarkan grafik TradingView di bawah ini, Dolar AS menekan Rupiah sebesar 0.38% dari level Open harian ke angka Rp14,056. Pelemahan Rupiah juga ditunjukkan oleh kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) ke Rp14,066, yang merupakan level terendah dalam pekan ini.

 

Inflasi Naik, Tapi Tidak Sesuai Ekspektasi

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi (MoM) Oktober 2019 sebesar 0.02%. Meski menandai kebangkitan dari level negatif (-0.27%) yang tercapai di bulan sebelumnya, nilai kenaikan tersebut lebih rendah dari ekspektasi kenaikan ke 0.13%.

Sementara itu, inflasi basis tahunan (YoY) mencapai 3.20%, juga lebih rendah dibandingkan nilai ekspektasi 3.31%. Berdasarkan data BPS, dari 82 kota IHK, 43 di antaranya mengalami inflasi. Sisanya, 39 kota mengalami deflasi. Kepala BPS Suhariyanto menjelasakan bahwa kegagalan inflasi Oktober mencapai proyeksi dipicu oleh penurunan harga bahan makanan dan tarif angkutan udara.

"Harga komoditas Oktober 2019 secara umum mengalami kenaikan, tapi tipis sekali, sehingga inflasi hanya 0.02%," kata Suhariyanto dalam jumpa pers pada Jumat (01/November).

 

Ini Penyebab Rupiah Merosot

Rilis data inflasi di atas agaknya tidak terlalu berdampak terhadap pergerakan Rupiah. Mata uang Garuda lebih dipengaruhi oleh rilis data PMI Manufaktur versi IHS Markit, yang menunjukkan penurunan dari 49.1 ke 47.7, nilai terendah sejak Desember 2015. Perlu diketahui, nilai di bawah 50 berarti sektor manufaktur mengalami kontraksi.

"Masa-masa sulit di sektor manufaktur Indonesia terus berlanjut pada Oktober, mendekati posisi terendah selama 4 tahun," kata Kepala Ekonom IHS Markit Bernard Aw.

IHS Markit melaporkan bahwa permintaan baru dan realisasi ekspor dari sektor manufaktur terus mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir. Kondisi ini memicu produksi di pabrik-pabrik mengalami penurunan, dan pada akhirnya meningkatkan jumlah barang yang tak terjual atau stok gudang.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE