Menu

Sindir The Fed: Kuroda BOJ Enggan Bingungkan Pasar Dengan Isu Penarikan Stimulus

SFN

Gubernur BOJ, Haruhiko Kuroda, memberikan peringatan terhadap adanya pembicaraan yang terlalu prematur mengenai strategi penarikan program stimulus masif yang selama ini telah dilancarakan oleh Bank Sentral Jepang tersebut. Kuroda menekankan bahwa saat ini, fokus BOJ adalah tetap menjaga likuiditas pasar dengan uang tunai demi mencapai taget inflasi.

Gubernur BOJ, Haruhiko Kuroda, memberikan peringatan pada hari Selasa (03/06) kemarin, terhadap adanya pembicaraan yang terlalu prematur mengenai strategi penarikan program stimulus masif yang selama ini telah dilancarakan oleh Bank Sentral Jepang tersebut. Kuroda menekankan bahwa saat ini, fokus BOJ adalah tetap menjaga likuiditas pasar dengan uang tunai demi mencapai taget inflasi.


Gubernur BOJ tersebut juga mengingatkan pemerintah untuk memetakan strategi pertumbuhan dan memutuskan pertimbangan yang sesuai untuk mendorong pertumbuhan Jepang dalam jangka panjang, mengingat adannya peningkatan ekonomi serta penuaan populasi yang menyebabkan kekurangan tenaga kerja.

"Pembicaraan terlalu dini mengenai rencana spesifik untuk keluar dari pelonggaran kuantitatif berisiko membingungkan pasar. Kita telah sering melihat kasus seperti ini di mancanegara." ungkap Kuroda kepada parlemen. Pernyataan Kuroda tersebut menyiratkan sindiran kepada bank sentral AS, The Fed, yang sempat mengombang-ambingkan volatilitas pasar akibat spekulasinya mengenai tapering.

"Kami akan mendiskusikan rencana untuk keluar dari program stimulus, hanya jika target inflasi 2% telah tercapai dan stabil. Terlalu pagi untuk mendiskusikan spesifikasinya saat ini." tutur Kuroda. Terkait bagaimana cara menarik stimulus, apakah akan memangkas pembelian obligasi pemerintah atau apakah dengan cara lain, pada dasarnya bergantung pada harga dan perkembangan pasar pada waktunya nanti, ungkap Kuroda.

Inflasi Jepang Belum Stabil, Terbebani Masalah Tenaga Kerja

Minggu lalu, dilaporkan bahwa inflasi inti Jepang telah mencapai angka 3.2% pada bulan April. Dan apabila efek dari kenaikan pajak penjualan tak dihitung, inflasi Jepang telah mencapai persentase 1.5%, lebih tinggi dari inflasi 1.3% pada bulan Maret. Hal ini mengindikasikan bahwa permintaan domestik mulai mantap, sehingga membuat perusahaan-perusahaan merasa lebih nyaman untuk menaikkan harga.

Namun, Kuroda tak serta merta gembira dengan pencapaian tersebut. Masalah upah dan kurangnya tenaga kerja masih menjadi momok bagi pertumbuhan ekonomi Jepang.

"Potensi pertumbuhan Jepang telah merosot secara signifikan." tutur Kuroda. "Oleh sebab itu, saya menekankan kembali pentingnya pemetaan strategi untuk mendorong potensi pertumbuhan Jepang."


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE