Menu

Sterling Tetap Loyo Akibat Eskalasi Risiko Politik Inggris

A Muttaqiena

Laju CPI Inggris yang sesuai target bank sentral masih tak mampu mendongkrak Poundsterling di tengah pergumulan elite politik Inggris.

Poundsterling hanya menggeliat sedikit dalam perdagangan sesi Eropa hari ini (17/Juli), meski laju Consumer Price Index (CPI) Inggris sesuai target yang ditentukan oleh bank sentralnya (BoE). GBP/USD terkekang dekat ambang 1.2400, karena beragam risiko politik yang timbul di tengah masa-masa pergantian Perdana Menteri Inggris. Sterling juga cenderung flat versus Euro dan Yen Jepang.

Grafik GBP/USD Daily via Tradingview

Pertumbuhan inflasi tahunan Inggris di tingkat konsumen dilaporkan melaju tepat sesuai target BoE pada level 2 persen (Year-on-Year) untuk periode Juni 2019. Walaupun skor Producer Price Index (PPI) mengecewakan, tetapi Core CPI mengonfirmasi kokohnya kenaikan harga-harga dengan melaju 1.8 persen (Year-on-Year) dalam periode yang sama. Angka-angka CPI ini tentu akan menggembirakan bagi para pejabat BoE, sekaligus mengurangi alasan bagi mereka untuk memangkas suku bunga.

Samuel Tombs dari Pantheon Macroeconomics mengatakan, "Sedikit kejutan dalam laporan inflasi CPI Inggris hari ini: kokoh pada 2 persen di bulan Juni. Tampaknya masih akan jatuh ke bawah target pada semester kedua (tahun 2019), untuk merespon harga energi yang lebih murah. Namun, MPC (dewan kebijakan moneter BoE -red) kemungkinan tidak akan melakukan pelonggaran ketika Sterling melemah dan kenaikan gaji baru-baru ini mengarah pada inflasi mengungguli target dalam jangka waktu lebih lama."

Sementara itu, berita politik Inggris tetap menghiasi headline media massa. Setelah dua kandidat Perdana Menteri Inggris kemarin mengisyaratkan keinginan untuk menentang solusi Uni Eropa bagi perbatasan Irlandia dalam perundingan brexit, media hari ini mengabarkan bahwa partai Konservatif mulai menggalang kekuatan untuk menghadapi pemilu dini. Hal itu dianggap sebagai sinyal bahwa sebagian anggota parlemen dari partai Konservatif siap "memberontak" terhadap Perdana Menteri dari partainya sendiri, jika sang PM ingin meneken "No-Deal Brexit".

"Pasar tampaknya terobsesi dengan kemungkinan chaos politik baru di Inggris, dengan investor terus membuang Pound Inggris," kata Marc-André Fongern, pimpinan riset forex di MAF Global Forex.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE