Menu

Stok AS Menyusut, Harga Minyak Kembali Bergairah

A Muttaqiena

Laporan yang dirilis American Petroleum Institute (API) tadi malam menumbuhkan kembali harapan akan penurunan produksi minyak Amerika Serikat, sehubungan dengan kenaikan data inventori minyak mentah yang lebih rendah dari ekspektasi dan berlanjutnya penurunan inventori gasolin.

Harga minyak meningkat pada sesi Asia hari Rabu pagi ini (16/3) setelah sebelumnya sempat tersandung oleh penolakan Iran atas pembatasan produksi minyak. Laporan yang dirilis American Petroleum Institute (API) tadi malam menumbuhkan kembali harapan akan penurunan produksi minyak Amerika Serikat, sehubungan dengan kenaikan data inventori minyak mentah yang lebih rendah dari ekspektasi dan berlanjutnya penurunan inventori gasolin.

Minyak berjangka WTI diperdagangkan naik lebih dari 50 sen ke $36.86 per barel, sedangkan Brent naik sekitar 40 sen ke $39.13 per barel. Namun demikian, kenaikan belum signifikan karena di hari sebelumnya jatuh sekitar 2-3 persen akibat kekhawatiran akan gagalnya rintisan kesepakatan pembekuan produksi pada level bulan Januari.

Data inventori versi API menunjukkan bahwa build-up minyak AS secara keseluruhan naik 1.5 juta barel saja dalam sepekan lalu, jauh lebih rendah dari ekspektasi analis yang memperkirakan kenaikan sebanyak 3.4 juta barel. Diantaranya, stok minyak mentah di pusat Cushing, Oklahoma, naik 471,000. Sementara stok gasolin turun 1.2 juta barel, dan stok hasil distilasi berkurang 830,000.

Kabar tersebut mendorong harga minyak kembali bergairah sementara investor dan spekulan menanti rilis data inventori versi Energy Information Administration (EIA) yang akan diumumkan hari Rabu malam nanti.

Perusahaan Philip Futures yang berbasis di Singapura mencatat bahwa hari ini harga minyak bisa menguat berkat penurunan produksi AS, namun mereka memperkirakan harga minyak WTI dan Brent masing-masing takkan naik lebih tinggi dari $39.83 dan $40.17 per barel.

Di sisi lain, pasar minyak masih terbebani oleh parahnya limpahan pasokan minyak global di tengah lesunya permintaan. Iran telah menegaskan tidak akan berhenti menggenjot produksi sebelum outputnya naik ke 4 juta bph dari output saat ini yang sebesar 3 juta bph. Padahal, ada indikasi perlambatan permintaan dari Asia di musim semi dan pemburukan outlook ekonomi Amerika Latin, sehingga OPEC mengurangi ekspektasi permintaan minyaknya untuk tahun 2016 sebesar 90,000 bph ke 31.52 juta bph.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE