Menu

Terbebani Data Ekonomi China, Harga Minyak Melemah

Pandawa

Harga minyak melemah setelah data aktivitas manufaktur dan jasa China memburuk. Di samping itu, lonjakan produksi minyak AS ikut menekan harga.

Seputarforex - Harga minyak melemah lebih dari 1 persen karena terbebani oleh data ekonomi China yang meredupkan prospek permintaan. Saat berita ini diturunkan pada hari Selasa (01/November). minyak Brent bergerak pada kisaran $92.80 per barel, sementara harga minyak WTI diperdagangkan pada kisaran $86.47 per barel.

Data PMI Manufaktur dan Jasa China terbaru menunjukkan kontraksi pada bulan Oktober. Hal itu sebagian besar disebabkan oleh pembatasan COVID yang diterapkan pemerintah China. Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal IV/2022 pun diproyeksikan melambat, sehingga berisiko membebani permintaan minyak.

Perlu diketahui, konsumsi minyak China sangat berpengaruh terhadap dinamika pergerakan harga minyak dunia, karena negara tersebut adalah salah satu konsumen energi terbesar secara global.

 

Tekanan Dari Pemerintah AS

Selain data ekonomi China, pelemahan harga minyak juga tidak terlepas dari kenaikan produksi AS yang mencapai 12 juta barel di bulan Oktober. Angka ini merupakan rekor tertinggi sejak awal pandemi, dan diyakini dapat meredam imbas pemotongan output OPEC+ pada awal Oktober lalu.

Untuk membantu menjinakkan inflasi, Presiden Biden memang telah berulang kali mendesak perusahaan energi yang beroperasi di AS untuk menggenjot produksi secara masif. Peningkatan pasokan akan berefek pada penurunan harga minyak, sehingga sektor energi tak akan membebani upaya pemerintah AS dalam meredam lonjakan inflasi.

Selain langkah di atas, Biden juga berencana meminta Kongres untuk mempertimbangkan kewajiban perusahaan energi membayar denda dan biaya lainnya. Hal ini ia lakukan untuk membantu meningkatkan daya beli rumah tangga AS dan mendorong perekonomian.

Perhatian investor selanjutnya akan tertuju pada pengumuman suku bunga The Fed. Bank sentral AS itu diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps menjadi 4.0 persen. Data Non Farm Payroll pada Jumat mendatang juga diperkirakan menjadi katalis yang menentukan arah pergerakan minyak selanjutnya.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE