Menu

Trump Akan Intervensi Perang Harga, Minyak Menguat

A Muttaqiena

Didesak oleh lobi perusahaan energi AS, Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan niat untuk intervensi dalam perang harga minyak Arab Saudi-Rusia.

Seputarforex.com - Harga minyak mentah acuan mendadak menguat setelah Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan akan ikut campur dalam perang harga antara Arab Saudi dan Rusia. Saat berita ditulis (20/Maret), harga minyak WTI meroket nyaris 9 persen ke kisaran USD27.64 per barel, sedangkan Brent mendaki 7 persen ke kisaran USD32 per barel.

Tadi malam, Wall Street Journal melaporkan bahwa sejumlah perwakilan perusahaan-perusahaan minyak AS telah melakukan lobi-lobi untuk mendesak pemerintah AS ikut turun tangan dalam perang harga yang telah mengakibatkan WTI jatuh ke USD20 per barel . Oleh karena itu, Trump dan tim-nya saat ini tengah mempertimbangkan kemungkinan untuk melakukan intervensi diplomatik, dan mendesak Arab Saudi mengembalikan tingkat produksi ke tingkat yang sama dengan sebelum perang harga dimulai pada awal bulan ini.

Rumor itu menumbuhkan harapan di kalangan pelaku pasar, sehingga harga mulai mendaki. Namun, sejumlah analis yang diwawancarai Reuters menilai ekspektasi pemulihan harga berkelanjutan bisa jadi terlalu dini.

"Kenaikan berlebihan WTI merefleksikan harapan dan bukan realita dari industri shale AS. Rusia dan Arab Saudi tidak punya kepentingan untuk membantu shale AS bertahan (di tengah situasi ini). Faktanya justru sebaliknya (mereka akan untung jika industri shale AS tumbang -red)," ujar Jeffrey Haley, analis pasar senior di OANDA, "Begitu realita ini dipahami (oleh pelaku pasar), saya mengekspektasikan reli pada minyak untuk lenyap secepat kemunculannya."

"Rebound yang mengejutkan dalam harga minyak mentah overnight terutama digerakkan oleh pertimbangan AS untuk intervensi di pasar minyak dengan meningkatkan cadangan strategis, sembari memangkas sejumlah produksi minyak," kata Margaret Yang, analis pasar CMC Markets, "(Namun) isu yang mendasari adalah permintaan energi global yang jatuh drastis karena semakin banyak negara bergabung dengan klub 'lockdown'. Parahnya COVID-19 untuk makroekonomi bisa melampaui ekspektasi semua orang, dan itu bisa berlangsung lama."


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE