Menu

Yen Mendatar, Data Ekonomi Jepang Kurang Memuaskan

M Septian

Pada pembukaan sesi hari ini (02/10), Yen diperdagangkan mendatar setelah naiknya data belanja rumah tangga Jepang mengimbangi laporan ketenagakerjaan yang melemah. Data-data tersebut menggambarkan lika-liku kondisi ekonomi Jepang yang masih berdiri di tepi jurang deflasi.

Pada pembukaan sesi hari ini (02/10), Yen diperdagangkan mendatar setelah naiknya data belanja rumah tangga Jepang mengimbangi laporan ketenagakerjaan yang melemah. Data-data tersebut menggambarkan lika-liku kondisi ekonomi Jepang yang masih berdiri di tepi jurang deflasi.

USD/JPY nampak datar di kisaran 119.93, masih lebih rendah dari pencapaiannya kemarin di atas level 120.00 saat laporan tankan dirilis. Semalam tadi, pair tersebut sedikit terkoreksi setelah rilis ISM Manufaktur dan Unemployment Claims AS.

Indeks pengangguran Jepang bulan Agustus meningkat tipis menjadi 3.4 persen dari Juli silam pada 3.3 persen. Lebih tinggi dari perkiraan para analis yang memprediksi tetap seperti bulan sebelumnya. Sementara belanja rumah tangga meningkat 2.9 persen dalam basis tahunan di bulan Agustus menurut data Badan Statistik Jepang. Melebihi perkiraan pasar yang hanya meningkat 0.4 persen dan bulan Juli yang melemah 0.2 persen.

Para pengambil kebijakan di Jepang sudah lama berharap pasar tenaga kerja yang semakin ketat akan menghasilkan tekanan inflasi melalui pertumbuhan upah, sehingga menciptakan siklus pengeluaran yang baik. Namun setelah dua setengah tahun berusaha keras untuk memacu inflasi, cuma sedikit hasil yang terlihat dari usaha para pembuat kebijakan tersebut.

 

Teka-Teki Kebijakan Ekonomi Jepang

April 2013 silam BoJ meluncurkan paket kebijakan pelonggaran terbesar untuk mencapai target inflasi menjadi dua persen dalam waktu dua tahun. Setelah jangka waktu tersebut berlalu, inflasi Jepang kembali bangkit. Namun Agustus 2015 lalu, inflasi inti Jepang mencatatkan angka negatif untuk pertama kalinya sejak program pelonggaran kualitatif dan kuantitatif (QQE) dilancarkan.

Rendahnya inflasi masih menjadi masalah besar bagi BoJ, karena mengurangi insentif untuk berbelanja dan mengekang kemampuan perusahaan untuk meningkatkan gaji. Hal ini bisa saja mengantarkan Jepang kembali pada deflasi, dimana konsumen mengetatkan pengeluaran mereka dan beratnya beban pinjaman makin menghambat pertumbuhan ekonomi.

Pada kuartal Juni lalu, pertumbuhan ekonomi Jepang merosot 0.3 persen dan para ekonom melihat kemungkinan terjadi kontraksi lagi di kuartal September. Bila itu terjadi, artinya Jepang memasuki masa resesi lagi. Namun data yang dirilis hari ini mengindikasikan adanya momentum dalam konsumsi yang jika berkelanjutan maka berpotensi memulihkan ekonomi Jepang.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE