Menu

BPS: April Deflasi Dan Ekspor Maret Naik Lagi

A Muttaqiena

Sekarang mungkin waktu yang tepat bila Anda ingin berbelanja untuk persiapan Ramadhan dan Lebaran. Setelah mengalami inflasi tinggi sepanjang kuartal keempat tahun 2013, Indonesia berhasil mempertahankan inflasi relatif rendah di tahun 2014 ini hingga memasuki kuartal kedua. April Deflasi, Eksport Maret Naik Lagi BPS hari ini (2/5) merilis beberapa data ekonomi penting, termasuk

Sekarang mungkin waktu yang tepat bila Anda ingin berbelanja untuk persiapan Ramadhan dan Lebaran. Setelah mengalami inflasi tinggi sepanjang kuartal keempat tahun 2013, Indonesia berhasil mempertahankan inflasi relatif rendah di tahun 2014 ini hingga memasuki kuartal kedua.

Kesulitan Akses Seputarforex?
Buka melalui
https://bit.ly/seputarforex

Atau akses dengan cara:
PC | Smartphone

WASPADAI PENIPUAN
Mengatasnamakan Seputarforex!

Baca Selengkapnya Di Sini
×
  • Pasang Ekstensi VPN Di Browser
    • Search kata kunci "vpn" atau "proxy" di Mozilla AddOns atau Chrome Webstore.
    • Setelah menemukan salah satu vpn (contoh: browsec), klik "pasang" atau "tambahkan".
    • Aktifkan ekstensi.
Anda juga bisa mendapatkan info lebih detail di:
@seputarforex
@seputarforex.fanspage
@seputarforex
×

Cara Utama:
Unduh Aplikasi Seputarforex di Playstore.

Cara Alternatif:
Anda juga bisa mendapatkan info lebih detail di:
@seputarforex
@seputarforex.fanspage
@seputarforex


April Deflasi, Eksport Maret Naik Lagi

BPS hari ini (2/5) merilis beberapa data ekonomi penting, termasuk harga-harga di tingkat konsumen dan ekspor impor Indonesia. Selama bulan April 2014, Indonesia mengalami deflasi 0,02%. Angka itu memang terhitung kecil, namun merupakan perwujudan dari inflasi year-on-year yang turun ke 7,25%, angka terendah dalam sepuluh bulan dan penurunan beruntut keempat angka inflasi di negeri ini.



Menurut laporan tersebut, telah terjadi penurunan harga di kelompok bahan makanan dan sandang. Beberapa barang yang mengalami penurunan harga adalah cabai merah, beras, perhiasan emas, dan lain sebagainya. Namun demikian, masih banyak lagi barang yang mengalami kenaikan, termasuk daging ayam, minyak goreng, sewa rumah tinggal, rokok, bahan bakar rumah tangga, dan lain sebagainya. Di sektor transportasi, fenomena yang menarik muncul dengan berkurangnya biaya tiket kereta, sementara tiket pesawat dan biaya rekreasi meningkat.

Berita baik lain muncul dari laporan ekspor-impor bulan Maret. Impor tercatat pada USD 14,54 milyar, sedangkan ekspor mencapai USD 15,21 milyar, menunjukkan bahwa neraca perdagangan Indonesia menurun dibanding bulan sebelumnya, tapi masih dalam wilayah surplus. Di bulan Februari 2014, neraca perdagangan surplus USD 785,3 juta, yang mana ini di bulan Maret turun tipis menjadi surplus USD 670 juta. Pendorong ekspor Indonesia adalah ekspor sektor nonmigas ke Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang. Ketiga negara tersebut menyumbangkan 32,03% dari keseluruhan ekspor Indonesia. Sementara itu, tiga negara dengan impor terbesar ke Indonesia adalah Tiongkok, Jepang, dan Singapura, yang bersama-sama menyusun 34,91% barang impor di Indonesia.




Sesuai Tren Musiman

Inflasi yang relatif rendah di bulan April sesuai dengan tren musiman di Indonesia. Oleh karena itu, penting rasanya untuk memperhatikan fenomena musiman lain, yakni naiknya harga-harga di bulan Ramadhan. Tahun ini, Ramadhan akan dimulai pada minggu terakhir bulan Juni dan berakhir di minggu terakhir bulan Juli. Harga-harga biasanya naik mulai dari seminggu sebelum Ramadhan dimulai. Bersamaan dengan itu, kampanye Pemilu Presiden akan dimulai pada 13 Juni, memastikan bahwa walau inflasi April dan Mei mungkin rendah, tetapi tekanan inflasi akan kembali meningkat di pertengahan Juni. Deflasi tipis saat ini mungkin bisa mendukung pencapaian target inflasi 4.5±1%, tetapi mengenai apakah target tersebut benar dapat dicapai atau tidak, rasanya masih terlampau dini.

Disisi lain, sektor ekspor Indonesia butuh ide-ide baru, sebelum neraca perdagangan jatuh dibawah nol lagi. Impor pun, membutuhkan upaya dari masyarakat Indonesia untuk menahan diri dari mengkonsumsi produk impor, utamanya dari Tiongkok. Banyak barang, seperti buah-buahan dan pakaian, di Indonesia masih diimpor dari Tiongkok, walau produksi domestik memiliki potensi signifikan untuk berkembang memenuhi kebutuhan pasar setempat. Peningkatan ekspor takkan berarti banyak bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sedang berkembang, jika nilai impor naik seiring kenaikan besaran ekspor.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE