Menu

Neraca Perdagangan Maret Surplus, Capital Outflow Masih Ancam Indonesia

A Muttaqiena

Badan Pusat Statistik kemarin (15/4) melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 1131.6 juta Dolar AS pada bulan Maret 2015, level tertinggi sejak akhir 2013. Nilai ekspor Indonesia dalam periode tersebut mencapai 13.71 miliar Dolar AS, sedangkan impor mencapai 12.58 miliar Dolar AS.

Badan Pusat Statistik kemarin (15/4) melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 1131.6 juta Dolar AS pada bulan Maret 2015, level tertinggi sejak akhir 2013. Nilai ekspor Indonesia dalam periode tersebut mencapai 13.71 miliar Dolar AS, sedangkan impor mencapai 12.58 miliar Dolar AS.

Kesulitan Akses Seputarforex?
Buka melalui
https://bit.ly/seputarforex

Atau akses dengan cara:
PC | Smartphone

WASPADAI PENIPUAN
Mengatasnamakan Seputarforex!

Baca Selengkapnya Di Sini
×
  • Pasang Ekstensi VPN Di Browser
    • Search kata kunci "vpn" atau "proxy" di Mozilla AddOns atau Chrome Webstore.
    • Setelah menemukan salah satu vpn (contoh: browsec), klik "pasang" atau "tambahkan".
    • Aktifkan ekstensi.
Anda juga bisa mendapatkan info lebih detail di:
@seputarforex
@seputarforex.fanspage
@seputarforex
×

Cara Utama:
Unduh Aplikasi Seputarforex di Playstore.

Cara Alternatif:
Anda juga bisa mendapatkan info lebih detail di:
@seputarforex
@seputarforex.fanspage
@seputarforex


Neraca Perdagangan Indonesia April 2014-Maret 2015

 

Peningkatan ekspor ini terutama didorong oleh naiknya ekspor nonmigas pada golongan bahan bakar mineral. Sementara itu, Amerika Serikat menjadi negara tujuan ekspor nonmigas terbesar, meliputi 11.31% total ekspor nonmigas Indonesia, disusul oleh Jepang dan China.

Di sisi lain, terjadi penurunan impor besar dalam nonmigas, khususnya golongan besi dan baja serta golongan mesin dan peralatan mekanik. Tiga besar negara asal barang impor nonmigas secara berurutan dipegang oleh China, Jepang, dan Thailand.

Data-data tersebut selaras dengan perkembangan ekonomi dunia terkini, dimana Amerika Serikat dan Jepang tengah mengalami pemulihan ekonomi, sedangkan China sedang mengalami perlambatan. Kondisi ekonomi dalam negeri juga tercermin dari penurunan impor besi-baja serta mesin dan peralatan mekanik, sejalan dengan kontraksi yang tengah dialami oleh industri manufaktur Indonesia selama beberapa bulan terakhir akibat depresiasi Rupiah.

Neraca Perdagangan merupakan salah satu komponen penting dalam neraca berjalan (current account), sehingga kabar surplus ini merupakan berita baik dan bisa melonggarkan tekanan terhadap Rupiah untuk sementara waktu. Namun demikian, dalam jangka menengah-panjang, proyeksi kenaikan suku bunga the Fed AS masih bercokol sebagai faktor terpenting yang perlu diamati. Masalahnya adalah besarnya investasi asing yang mudah ditarik (hot money) di Indonesia. Diantaranya terkait dengan kepemilikan asing atas sekitar 38% obligasi Indonesia yang berdenominasi Rupiah, padahal para investor asing telah mulai melepas investasi tersebut sejak suku bunga the Fed AS diproyeksikan akan naik pada 2015.





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE