Menu

Pertumbuhan Indonesia, Antara Suku Bunga Tinggi Dan Infrastruktur Lambat

A Muttaqiena

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia kemarin (18/6) memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7.50%. Keputusan itu sesuai dengan estimasi para analis sebelumnya, tetapi juga menggarisbawahi arah kebijakan otoritas moneter Indonesia di tengah dilema pertumbuhan versus depresiasi Rupiah dan defisit neraca berjalan.

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia kemarin (18/6) memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7.50%, dengan suku bunga Deposit Facility pada 5.50% dan Lending Facility pada 8.00%. Menurut rilis Bank Indonesia, "Keputusan tersebut sejalan dengan upaya untuk menjaga agar inflasi berada pada sasaran inflasi 4±1% di 2015 dan 2016, serta mengarahkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat dalam kisaran 2.5-3% terhadap PDB dalam jangka menengah".

Kesulitan Akses Seputarforex?
Buka melalui
https://bit.ly/seputarforex

Atau akses dengan cara:
PC | Smartphone

WASPADAI PENIPUAN
Mengatasnamakan Seputarforex!

Baca Selengkapnya Di Sini
×
  • Pasang Ekstensi VPN Di Browser
    • Search kata kunci "vpn" atau "proxy" di Mozilla AddOns atau Chrome Webstore.
    • Setelah menemukan salah satu vpn (contoh: browsec), klik "pasang" atau "tambahkan".
    • Aktifkan ekstensi.
Anda juga bisa mendapatkan info lebih detail di:
@seputarforex
@seputarforex.fanspage
@seputarforex
×

Cara Utama:
Unduh Aplikasi Seputarforex di Playstore.

Cara Alternatif:
Anda juga bisa mendapatkan info lebih detail di:
@seputarforex
@seputarforex.fanspage
@seputarforex


Keputusan itu sesuai dengan estimasi para analis sebelumnya. Di sisi lain, keputusan ini menggarisbawahi arah kebijakan otoritas moneter Indonesia di tengah dilema pertumbuhan versus depresiasi Rupiah dan defisit neraca berjalan.

 



Tidak Mudah Melonggarkan

Sehari sebelum Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia dilaksanakan, Deputi Senior Gubernur Mirza Adityaswara mengungkapkan kepada media bahwa Bank Indonesia tidak berada dalam posisi bisa memangkas suku bunga demi mendorong pertumbuhan, karena memotong suku bunga sekarang bisa memperburuk kondisi Rupiah. Sebagaimana dikutip oleh Bloomberg, Adityaswara mengatakan, "Tidak mudah menyesuaikan kebijakan moneter saat ini. Jadi kami akan mengarahkannya dengan menggunakan instrumen makroprudensial untuk mendukung pertumbuhan (ekonomi)."


Salah satu faktor yang tidak memungkinkan BI untuk melonggarkan kebijakan adalah kemungkinan kenaikan suku bunga the Fed di Amerika Serikat dalam beberapa bulan ke depan yang telah dan diperkirakan akan terus mengakibatkan pelarian dana (cash outflow) dari negara-negara berkembang. Dengan demikian, meski pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diperkirakan turun lagi, namun kebijakan untuk mendukung pertumbuhan tidak bisa dilakukan dengan mengutak-atik suku bunga acuan karena jika hal itu dilakukan maka akan memperburuk pelemahan Rupiah.


Analis umumnya sepakat dengan langkah BI untuk melonggarkan kebijakan makroprudensial guna mendukung pertumbuhan, sembari tetap berharap agar program-program pembangunan infrastruktur pemerintah yang telah dijanjikan bisa benar-benar berjalan di kuartal kedua ini.

 

Infrastruktur Yang Tertunda

Lambatnya realisasi pembangunan infrastruktur di Indonesia telah dituding banyak pihak sebagai salah satu penyebab lesunya pertumbuhan ekonomi. Dikabarkan, baru 7 triliun Rupiah dari anggaran 290 triliun Rupiah yang telah disalurkan per akhir April. Dampaknya, menurut catatan Isabella Zhong dari Barron's Asia, mempengaruhi estimasi pendapatan emiten sektor konstruksi di pasar saham Indonesia, berimbas pada harga saham sektor perbankan, serta menjatuhkan harga saham sejumlah emiten seperti WIKA dan PTPP.


Sementara itu, pada awal pekan Menteri Keuangan dilaporkan memangkas estimasi pertumbuhan resmi untuk tahun 2015 dari 5.7% yang ditargetkan dalam APBN bulan Februari menjadi 5.4%. Senada, sejumlah lembaga keuangan dunia juga telah memotong ekspektasi mereka akan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. Sedangkan pernyataan BI yang terbaru kemarin menyebutkan kisaran 5.0-5.4% sebagai kisaran angka estimasi pertumbuhan Indonesia tahun ini. Outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih buruk dibanding tahun lalu tersebut semakin mendorong sentimen investor ke arah negatif.

 

 





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE