Menu

PMI Manufaktur Masih Kontraksi, Inflasi Indonesia Melambat

A Muttaqiena

PMI Manufaktur Indonesia bulan Agustus dilaporkan meningkat, sementara laju inflasi turun tipis pada bulan yang sama. Biaya produksi masih terus tinggi akibat depresiasi Rupiah, tetapi para produsen tidak bisa mengoper kenaikan biaya ke konsumen akibat lemahnya permintaan.

Purchasing Managers' Index (PMI) sektor Manufaktur Indonesia bulan Agustus pagi ini (1/9) dilaporkan meningkat dari 47.30 pada bulan Juli menjadi 48.40. Namun demikian, angka indeks masih dibawah ambang 50 yang berarti kondisi bisnis masih mengalami kontraksi. Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan laju inflasi turun tipis pada bulan kedelapan 2015 kemarin dari 7.26 persen (yoy) menjadi 7.18 persen. Biaya produksi masih terus tinggi akibat depresiasi Rupiah, tetapi para produsen tidak bisa mengoper kenaikan biaya ke konsumen akibat lemahnya permintaan domestik dan luar negeri.

Kesulitan Akses Seputarforex?
Buka melalui
https://bit.ly/seputarforex

Atau akses dengan cara:
PC | Smartphone

WASPADAI PENIPUAN
Mengatasnamakan Seputarforex!

Baca Selengkapnya Di Sini
×
  • Pasang Ekstensi VPN Di Browser
    • Search kata kunci "vpn" atau "proxy" di Mozilla AddOns atau Chrome Webstore.
    • Setelah menemukan salah satu vpn (contoh: browsec), klik "pasang" atau "tambahkan".
    • Aktifkan ekstensi.
Anda juga bisa mendapatkan info lebih detail di:
@seputarforex
@seputarforex.fanspage
@seputarforex
×

Cara Utama:
Unduh Aplikasi Seputarforex di Playstore.

Cara Alternatif:
Anda juga bisa mendapatkan info lebih detail di:
@seputarforex
@seputarforex.fanspage
@seputarforex

 

Grafik PMI Manufaktur Indonesia Juli 2014-Agustus 2015


Laporan PMI Manufaktur Indonesia versi Nikkei/Markit Economics terkini menggarisbawahi situasi kontraksi yang telah berlangsung selama sebelas bulan berturut-turut. Perusahaan-perusahaan dilaporkan terus memangkas produksi dan mengurangi jumlah tenaga kerja seiring merosotnya pesanan baru. Pesanan bisnis dari luar negeri, khususnya negara Asia lain, tercatat masih terus melemah. Meski begitu, nampak bahwa laju kemerosotan pesanan baru maupun output produksi telah melambat, demikian pula dengan laju pemecatan tenaga kerja.

Menurut Pollyanna De Lima dari Markit, termoderasinya laju penurunan mengindikasikan bahwa rebound bisa terjadi dalam beberapa bulan ke depan. Namun, ia mencatat, "Depresiasi mata uang telah menempatkan tekanan tambahan pada margin (keuntungan) perusahaan-perusahaan manufaktur, dengan kian melemahnya Rupiah terhadap Dolar AS. Sementara (nilai tukar) mata uang yang lebih lemah telah gagal mengangkat permintaan dari luar negeri, meningkatnya biaya impor barang modal mengakibatkan tekanan inflasi tertinggi dalam tahun ini. Meskipun demikian, lemahnya permintaan (domestik dan luar negeri) menghalangi perusahaan-perusahaan untuk mengoper sepenuhnya peningkatan biaya-biaya produksi (kepada konsumen) sehingga inflasi melambat pada bulan Agustus."

 

Grafik Inflasi Indonesia (MoM) Juli 2014-Agustus 2015


Catatan De Lima tersebut selaras dengan laporan Inflasi dari BPS yang juga baru dirilis beberapa jam yang lalu. Menurut BPS, dalam bulan Agustus telah terjadi inflasi sebesar 0.39 persen (MoM), lebih rendah dibanding inflasi Juli yang sebesar 0.93 persen dan menunjukkan tekanan inflasi terendah dalam empat bulan terakhir. Kenaikan harga terutama terjadi pada kelompok bahan makanan; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar.

Secara year-on-year, laju inflasi juga selip dari 7.26 persen menjadi 7.18 persen. Sedangkan angka inflasi inti yang mengecualikan harga barang-barang bervolatilitas tinggi meningkat tipis dari 4.86 persen menjadi 4.92 persen dalam bulan Agustus. Akan tetapi angka itu masih lebih rendah ketimbang rekor inflasi inti bulanan sepanjang semester pertama tahun ini.

 





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE