Menu

Revisi APBN 2014, Indonesia Masih Rentan

A Muttaqiena

Hari Rabu kemarin (18/6) Rapat Paripurna DPR RI telah mengesahkan RUU perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2013 tentang APBN Tahun Anggaran 2014 (Revisi APBN 2014). Sejumlah asumsi makro digeser dengan memperhitungkan dinamika ekonomi dunia sepanjang paruh pertama tahun ini.

Hari Rabu kemarin (18/6) Rapat Paripurna DPR RI telah mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2013 tentang APBN Tahun Anggaran 2014 (Revisi APBN 2014). Revisi sejenis rutin dilakukan oleh Pemerintah setiap tahun dalam rangka menyesuaikan asumsi-asumsi penting anggaran dengan kondisi ekonomi terkini. Sejumlah asumsi makro digeser dengan memperhitungkan dinamika ekonomi dunia sepanjang paruh pertama tahun ini.




Kesulitan Akses Seputarforex?
Buka melalui
https://bit.ly/seputarforex

Atau akses dengan cara:
PC | Smartphone

WASPADAI PENIPUAN
Mengatasnamakan Seputarforex!

Baca Selengkapnya Di Sini
×
  • Pasang Ekstensi VPN Di Browser
    • Search kata kunci "vpn" atau "proxy" di Mozilla AddOns atau Chrome Webstore.
    • Setelah menemukan salah satu vpn (contoh: browsec), klik "pasang" atau "tambahkan".
    • Aktifkan ekstensi.
Anda juga bisa mendapatkan info lebih detail di:
@seputarforex
@seputarforex.fanspage
@seputarforex
×

Cara Utama:
Unduh Aplikasi Seputarforex di Playstore.

Cara Alternatif:
Anda juga bisa mendapatkan info lebih detail di:
@seputarforex
@seputarforex.fanspage
@seputarforex

Asumsi Makro Digeser

Sejumlah asumsi makro yang telah disepakati dalam revisi APBN 2014 diantaranya adalah target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5%, laju inflasi 5,3%, nilai tukar Rupiah pada 11.600 per dollar AS, suku bunga SPN 3 bulan 5,5%, dan harga minyak mentah Indonesia 105 dollar AS per barel. Asumsi yang termuat dalam APBN-P 2014 tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah telah menurunkan ekspektasinya terhadap kondisi ekonomi makro. Sebelumnya, APBN 2014 mengasumsikan pertumbuhan ekonomi 6%, inflasi 5,5%, nilai tukar Rupiah 10.500 per dollar AS, suku bunga SPN 3 bulan 5,5%, dan harga minyak mentah Indonesia 105 dollar AS per barel.

Berdasar asumsi-asumsi yang telah direvisi, APBN-P menetapkan pendapatan negara sebesar Rp 1.635,4 triliun dan belanja negara sebesar Rp 1.876,9 triliun. Dengan demikian, defisit anggaran yang perlu ditutup dengan berbagai cara termasuk utang, adalah sebesar Rp 241,5 triliun (2,4% dari PDB). Belanja negara terpenting tercatat untuk program subsidi sebesar Rp 403 triliun, yang terdiri atas subsidi BBM Rp 246,5 Triliun, subsidi listrik Rp 103,8 triliun, serta subsidi non energi Rp 52,7 triliun. Angka-angka tersebut merefleksikan kondisi saat ini dimana harga minyak mentah terus membubung tinggi. Sebelumnya, alokasi subsidi BBM hanyalah Rp 210,7 triliun. Namun DPR juga menetapkan batas maksimal kuota BBM Bersubsidi pada 46 juta kiloliter dan meminta Pemerintah untuk mencegah penyelundupan BBM serta menggiatkan program diversifikasi energi.

Kemungkinan Meleset?

Asumsi hasil revisi APBN sudah cukup sering meleset, dan sepertinya revisi asumsi APBN kali ini pun berada dalam kerawanan yang sama. Masalahnya, tekanan atas perekonomian Indonesia dari dalam dan luar negeri cukup membebani negeri ini. Selain itu, pemilihan umum yang sedang berlangsung mengimplikasikan stabilitas politik-ekonomi yang belum mapan.

Dua isu ekonomi internasional yang sudah menekan Indonesia sejak tahun lalu adalah pengetatan moneter AS dan pelemahan pertumbuhan ekonomi China. Isu bahwa Amerika Serikat akan menaikkan suku bunganya tahun depan telah membuat banyak analis memperkirakan pelarian modal asing dari Indonesia ke luar negeri, karena kenaikan bunga AS mengindikasikan proyeksi return lebih tinggi dan risiko lebih rendah. Sedangkan China merupakan partner dagang utama Indonesia selama beberapa tahun terakhir, dimana kondisi ekonominya tentu akan memiliki imbas pada ekonomi Indonesia juga. Di sisi lain, berbagai konflik bersenjata mewarnai Dunia tahun ini, mengakibatkan harga-harga komoditas melonjak, termasuk harga minyak.

Harga minyak dunia akhir-akhir ini mengalami kenaikan pesat gara-gara krisis Irak. Ketegangan terus memuncak hingga kemarin (19/6) Presiden AS, Barack Obama, menyatakan akan mengirim 300 penasehat militer ke Irak. Akibatnya, harga minyak terus memuncak. Minyak mentah Brent menyentuh harga tertinggi dalam setahun pada 115 USD per barel, sedangkan minyak mentah WTI ditutup pada harga 106 USD per barel, mendekati titik tertinggi tahunan juga. Padahal, krisis Irak saat ini baru dimulai, dan krisis Ukraina juga belum menunjukkan titik terang. Mengingat Indonesia memiliki ketergantungan besar pada BBM dan memenuhi kebutuhan domestik dengan impor minyak yang tidak sedikit, maka kenaikan harga minyak dunia merupakan salah satu tren yang perlu diperhatikan oleh investor. Kenaikan harga minyak bisa melebarkan defisit neraca perdagangan dan melemahkan nilai tukar Rupiah.



Kurs Rupiah BI 1 Januari - 20 Juni 2014

Masalah lain lagi adalah nilai tukar Rupiah. Kurs jual BI USD/IDR sempat menyentuh 12.038, sebelum kemudian Rupiah kembali menguat tipis menyusul respon negatif investor pada statemen tokoh bank sentral AS. Sejak awal tahun 2014, Rupiah lebih sering menghabiskan waktu diatas angka asumsi 11.600 dibanding dibawah asumsi tersebut. Kita bisa mengharapkan nilai Rupiah menguat setelah pemerintahan baru terbentuk, tetapi apakah Rupiah akan mampu mencapai target 11.600?


Data Tingkat Inflasi Indonesia Januari 2013-Mei 2014

Sedangkan di dalam negeri, tingkat inflasi Indonesia terus menjadi keprihatinan tersendiri. Tingkat inflasi Indonesia saat ini dalam tren menurun, setelah mengalami kenaikan drastis di paruh kedua tahun 2013. Namun, levelnya masih terhitung tinggi, dengan inflasi bulan Mei 2014 sebesar 7,32%. Forecast sementara juga menyebutkan bahwa inflasi bulan Juni kemungkinan akan naik, seiring dengan kenaikan inflasi musiman seputar bulan Ramadhan. Apakah Indonesia akan mampu meraih target laju inflasi 5,3% masih menjadi misteri.





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE