Menu

WorldBank Pangkas Forecast Pertumbuhan Indonesia Tahun 2015

A Muttaqiena

WorldBank kemarin (13/4) memangkas forecast pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 menjadi 5.2% saja, atau turun dari angka ekspektasi 5.6% yang diungkapkannya tahun lalu. Dalam rilisan East Asia and Economic Update tersebut, WorldBank mengungkapkan sejumlah kelemahan ekonomi Indonesia dalam kondisi dunia saat ini.

World Bank kemarin (13/4) memangkas forecast pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 menjadi 5.2% saja, atau turun dari angka ekspektasi 5.6% yang diungkapkannya tahun lalu. Dalam rilisan East Asia and Economic Update tersebut, World Bank mengungkapkan sejumlah kelemahan ekonomi Indonesia dalam kondisi dunia saat ini.



Kesulitan Akses Seputarforex?
Buka melalui
https://bit.ly/seputarforex

Atau akses dengan cara:
PC | Smartphone

WASPADAI PENIPUAN
Mengatasnamakan Seputarforex!

Baca Selengkapnya Di Sini
×
  • Pasang Ekstensi VPN Di Browser
    • Search kata kunci "vpn" atau "proxy" di Mozilla AddOns atau Chrome Webstore.
    • Setelah menemukan salah satu vpn (contoh: browsec), klik "pasang" atau "tambahkan".
    • Aktifkan ekstensi.
Anda juga bisa mendapatkan info lebih detail di:
@seputarforex
@seputarforex.fanspage
@seputarforex
×

Cara Utama:
Unduh Aplikasi Seputarforex di Playstore.

Cara Alternatif:
Anda juga bisa mendapatkan info lebih detail di:
@seputarforex
@seputarforex.fanspage
@seputarforex

Perlambatan

Menurut World Bank, pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan telah melambat, dengan GDP Indonesia turun untuk keempat kalinya berturut-turut pada tahun 2014 ke angka 5%. Selain itu, "Harga-harga dan permintaan komoditas global yang lebih lemah, serta kondisi finansial (moneter) yang lebih ketat telah membebani perekonomian dengan pertumbuhan investasi terpangkas setengahnya sejak 2012 (hanya naik 4.1% pada 2014) dan ekspor hanya naik 1%". Sementara manajemen makroekonomi yang baik dikatakan telah menopang Indonesia dalam menghadapi tantangan eksternal, sektor fiskal disebut menerima dampak dari pertumbuhan ekonomi dan harga komoditas yang melambat.

Dalam kondisi ini, World Bank hanya mengharapkan perekonomian Indonesia untuk tumbuh tipis saja. Perlambatan pengentasan kemiskinan juga diperkirakan akan berlanjut. Alasannya, "Revisi APBN 2015 yang diloloskan pada Februari, mengarahkan pengeluaran (pemerintah) ke prioritas-prioritas pembangunan, tetapi pelaksanaan dan keterbatasan pendapatan berarti akan butuh waktu bagi manfaatnya untuk dirasakan. Penghematan subsidi BBM yang mendekati 2% dari GDP dialokasikan terutama ke pengeluaran modal yang mana dianggarkan dua kali lipat lebih besar daripada hasil tahun 2014. Pengeluaran untuk bantuan sosial juga sudah ditingkatkan untuk tahun 2015, tetapi masih tetap rendah dan masalah-masalah (dalam taraf) implementasi kemungkinan akan membatasi potensi dampaknya dalam percepatan pengentasan kemiskinan, setidaknya dalam jangka pendek. Sedangkan meski peningkatan efisiensi alokasi dalam anggaran itu sangat positif, tetapi pengeluaran secara keseluruhan didasarkan pada peningkatan luar biasa pada target pendapatan. Oleh karena itu, pendapatan bisa jadi akan jatuh dibawah level (yang ditetapkan dalam) anggaran, (sehingga) menekan defisit fiskal diatas 1.9% dari GDP yang telah ditetapkan dalam anggaran, serta menuntut pengeluaran anggaran untuk dibatasi, dalam tahun 2015."

 

Asia Timur dan Pasifik

Bukan hanya di Indonesia, pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan akan melambat di negara-negara berkembang di kawasan Asia Timur dan Pasifik tahun 2015 ini. Meski pertumbuhan di kawasan ASEAN diprediksi masih akan mencapai 4.9%, naik dari pencapaian 4.4% pada tahun 2014, tetapi proyeksi secara umum cukup suram. Pertumbuhan ekonomi di sekelompok negara berkembang di kawasan Asia Timur dan Pasifik secara khusus diproyeksikan akan tumbuh 6.7% saja pada tahun 2015, turun dari proyeksi 6.9% pada 2014. Salah satu faktor utamanya adalah pertumbuhan China yang diekspektasikan akan melambat dari 7.4% pada tahun 2014 menjadi 7.1% saja tahun ini.

Harga minyak murah diharapkan akan menguntungkan bagi kebanyakan negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik, tetapi eksportir seperti Malaysia dan Papua Nugini diprediksi bakal mengalami perlambatan pertumbuhan dan pendapatan. Sedangkan bagi Indonesia, dampak harga minyak murah ini akan tergantung pada seberapa besar penurunan ekspor batubara dan gas.

Dari sisi internasional, World Bank menilai pemulihan ekonomi di negara-negara maju seperti Zona Euro dan Jepang akan terus tersendat-sendat dan melemahkan perdagangan global. Sementara itu apresiasi Dolar AS dan proyeksi kenaikan suku bunga the Fed AS berpotensi mengurangi aliran dana modal ke Asia, meningkatkan volatilitas finansial, dan membuat banyak wilayah menaikkan suku bunganya.

 





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE