Tren pergerakan Dolar Australia terhadap Dolar AS pada hari Senin ini melemah setelah mengecewakannya data perdagangan Tiongkok, yang menjadi negara ekspor utama bagi Australia. AUD/USD diperdagangkan pada 0.7605 atau tergerus hingga 1 persen.
Data ekspor China untuk bulan Maret dilaporkan melorot drastis sehingga mengikis outlook perekonomian yang mengharapkan membaiknya performa perekonomian Tiongkok. Pengiriman barang ke luar China (ekspor) tercatat jeblok hingga 14.6 persen pada bulan Maret tahun ke tahun, mematahkan ekspektasi kenaikan 12 persen. Sementara itu, impor mengalami penurunan 12.7 persen dibandingkan dengan ekspektasi penurunan 11.7 persen. Neraca perdagangannya dilaporkan hanya surplus $3.08 miliar, jauh di bawah harapan surplus $45.35 miliar.
World Bank: Australia Harus Waspadai Ekonomi China
World Bank prihatin atas fenomena ini. Institusi keuangan dunia tersebut memberikan peringatan pada Australia akan dampak dari tertatih-tatihnya ekonomi China. Perekonomian China yang melambat akan memukul jatuh harga bijih besi yang menjadi ekspor andalan Australia. World Bank mengatakan bahwa laju pertumbuhan Australia telah menurun drastis sejak kuartal pertam atahun 2014 seiring dengan merosotnya harga ekspor komoditas, tertekannya investasi sektor pertambangan, serta melemahnya Dolar Australia.
Dolar Austrlia tumbang hingga lebih dari setengah Dolar AS ke posisi 0.76 setelah pengumuman dari China tadi pagi. World Bank memprediksi bahwa perlambatan lebih jauh yang terjadi di China, akan berimbas buruk pada Australia serta negara-negara tetangganya sperti New Zealand dan Pasisfik.
World bank bahkan memprediksi bahwa pertumbuhan China akan makin memburuk, dengan persentase GDP 7.4 persen pada tahun 2014 menjadi 7.1 persen pad atahun 2015; 7 persen pada 2016, dan 6.9 persen pada 2017. Perkiraan menyedihkan ini muncul setelah Menkeu Australia Joe Hockey, memproyeksikan harga bijih besi akan ambles hingga $35 per ton sehingga pendapatan Australia akan jatuh $25 miliar dalam empat tahun.