Dolar AS bergerak stabil dengan sedikit perolehan di hari Jumat (10/Juni) siang ini, memantul naik dari level rendah satu bulannya setelah Euro mendapat pukulan yang cukup berat kemarin dan Poundsterling yang masih dihantui oleh voting sementara terhadap Brexit menjelang referendum tanggal 23 Juni mendatang.
Indeks Dolar, yang mengukur kekuatan Dolar terhadap mata uang-mata uang mayor lainnya. bertambah sebanyak 0.3 persen ke angka 94.185, tertarik menjauh dari level rendah yang terbentuk di hari Rabu kemarin pada posisi 93.425, terendah sejak tanggal 11 Mei, dan naik 0.2 persen ke pada pekan ini.
Isu Commerzbank Panikkan Pasar Euro
Indeks tersebut terkerek oleh bearish-nya Euro, yang melorot 0.2 persen ke angka 1.1298 per Dolar AS, mengambil jarak yang semakin jauh dari level tinggi satu bulan yang tercapai di sesi perdagangan sebelumnya di angka 1.1416. Mata uang Zona Euro ini sudah terpeleset 0.6 persen pekan ini.
Sebuah kabar dari Reuters menyebutkan, Commerzbank sedang berencana untuk menempatkan miliaran Euro di brankas, daripada membayar biaya denda "parkir" mereka di Bank Sentral Eropa (ECB). Kabar ini tampaknya makin meresahkan pasar yang pada dasarnya memang sudah resah.
Dalam catatannya, analis dari National Australia Bank (NAB), menyebutkan bahwa kabar tersebut sebagai penyebab terjualnya Euro sejak sesi perdagangan Eropa kemarin. Tak hanya terhadap Dolar AS, terhadap Yen pun Euro terjerembab ke level rendah tiga bulan di level 120.315.
Analis: Sulit Ambil Posisi Di USD/JPY
Dolar AS melandai 0.1 persen terhadap Yen di posisi 107.2, namun masih naik 0.4 persen dalam pekan yang naik turun ini dan sempat menyentuh level terendah satu bulan di angka 106.26 kemarin.
"Sangat sulit untuk mengambil posisi baru dari USD/JPY saat ini, menjelang pekan rapat bank sentral minggu depan, jadi, menurut saya pair tersebut akan berada dalam kondisi rangebound untuk sementara,' kata Kaneo Ogino, Direktur Penelitian Forex di Global-info Co di Tokyo.
Di sisi lain, pasar masih memberikan ruang yang luas untuk Sterling turun, dengan GBP/USD yang tertekan menuju angka 1.4450, turun sedikit dari posisi sebelumnya. Pekan ini GBP/USD tercatat sempat menyentuh level puncak 1.4664.
Mata uang Inggris tersebut masih tidak stabil di tengah ketidakpastian hasil dari Referendum Brexit. BlackRock, sala satu manajer aset terbesar dunia, mengatakan bahwa pasar finansial kemungkinan memasang harga rendah pada Sterling mengingat risiko yang akan dihadapi Inggris jika benar-benar angkat kaki dari Uni Eropa.