Dolar AS beranjak menguat di hari Rabu (16/12) pagi ini mengikuti imbal hasil obligasi AS yang memantul naik menjelang keputusan kenaikan suku bunga AS yang kian dekat. Sebagian besar pasar memperkirakan bahwa Federal Reserve AS akan segera menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya setelah sewindu pasca krisis finansial global.
Wacana kenaikan suku bunga The Fed ini sudah di antisipasi pasar sejak setahun lalu, sehingga kini para investor sudah lebih jeli untuk menafsir seberapa cepat Bank Sentral AS tersebut dalam mengetatkan kebijakannya terhitung sejak keputusan awal. Menurut Ray Attrill, Kepala Ahli Strategi Forex di National Australia Bank, jika sebelumnya para investor hanya bisa menunggu tanpa bisa melakukan apa-apa, maka sekaranglah saatnya mengambil keputusan.
Dolar Menguat
Indeks Dolar AS berada pada posisi 98.144, mendapat perolehan 0.6 persen sejak Selasa kemarin. Terhadap Yen, Greenback melonjak di atas 121.50, lepas landas dari level rendah 120.35. Sedangkan, EUR/USD diperdagangkan di dekat 1.0900 setelah sebelumnya mencapai level puncak tujuh minggu di angka 1.1060.
Mata uang mayor yang paling lemah terhadap Dolar AS hari ini adalah Dolar Australia. AUD/USD terbenam di bawah level 0.72 dari level tinggi 0.7283 kemarin. Para trader tengah mencari alasan untuk menjual Aussie mereka setelah komentar Gubernur RBA, Glenn Stevens, yang mengatakan bahwa dirinya ingin agar mata uang Australia lebih lemah demi mendongkrak penjualan komoditas.
Menurut analis dari BPR Paribas, pelemahan USD AS--dilihat dari posisi saat ini--nampaknya perlahan-lahan berkurang. Dolar AS kini berada dalam level yang atraktif versus mata uang-mata uang mayor lainnya. Berkebalikan dengan perkiraan kemarin, Dolar diperkirakan akan makin menguat setelah pengumuman kebijakan moneter ketat The Fed besok.