Kendati inflasinya tergolong naik pada kuartal akhir 2014 lalu, Bank Sentral Australia (RBA) masih dalam jalur untuk memotong suku bunga acuannya dalam beberapa bulan mendatang, atau bahkan minggu pekan depan, di tengah lambatnya perekonomian lokal dan kenaikan jumlah pengangguran.
Saat RBA mengadakan Rapat pada Selasa lalu, para pembuat kebijakan akan mencari sinyal-sinyal yang menunjukkan bahwa suku bunga rendah mereka, yakni 2.5 persen yang ditetapkan sejak Agustus 2013, telah mengangkat perekonomian. Akan tetapi, sinyal tersebut lemah, karena merosotnya harga komoditas dan lambatnya pertumbuhan sehingga kenaikan harga pun terhambat. Kondisi seperti inilah yang berujung pada lemahnya kenaikan inflasi.
Menurut blog WSJ, melihat dari suku bunga swap pasar saat ini, ada kemungkinan 50 persen suku bunga akan dipotong pekan depan, dan ada kemungkinan 100 persen suku bunga akan dipotong pada bulan Maret.
Menyusul kabar ini, Dolar Australia pun tertarik mundur dari level tingginya terhadap Dolar AS. AUD/USD saat ini berada di level 0.787 setelah sempat menyentuh 0.8025 pasca laporan inflasi. Menurut Imre Speizer, analis dari Westpac, Dolar Australia diperkirakan akan terus tertekan di tengah isu pemotongan suku bunga RBA pekan depan dan pembaharuan kebijakan politik Yunani.