EUR/USD 1.071   |   USD/JPY 156.020   |   GBP/USD 1.253   |   AUD/USD 0.652   |   Gold 2,302.41/oz   |   Silver 26.90/oz   |   Wall Street 38,225.66   |   Nasdaq 15,840.96   |   IDX 7,117.43   |   Bitcoin 59,123.43   |   Ethereum 2,988.17   |   Litecoin 80.12   |   EUR/JPY diperdagangkan lebih tinggi di sekitar 166.00 di tengah membaiknya sentimen risiko, 16 jam lalu, #Forex Teknikal   |   USD/CAD turun ke dekat level 1.3700 di tengah harga minyak mentah yang lebih tinggi, sentimen Risk-On, 16 jam lalu, #Forex Teknikal   |   GBP/USD naik mendekati level 1.2550 dengan ekspektasi pergeseran momentum, 16 jam lalu, #Forex Teknikal   |   USD/CHF tetap berada di bawah tekanan jual di bawah level 0.9150 menyusul data IHK Swiss, 16 jam lalu, #Forex Teknikal   |   PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) optimistis bakal membukukan marketing sales Rp9.5 triliun sepanjang tahun ini, 22 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Starbucks (NASDAQ:SBUX) anjlok 15.9% setelah jaringan kopi ini memangkas proyeksi penjualannya karena membukukan penurunan pertama dalam penjualan dalam hampir tiga tahun terakhir, 22 jam lalu, #Saham AS   |   Saham Amazon.com (NASDAQ: AMZN) naik 2.2% karena hasil kuartalan yang lebih baik dari perkiraan, 22 jam lalu, #Saham AS   |   Pendapatan trivago di Q1 2024 menunjukkan penurunan sebesar 9% YoY, 22 jam lalu, #Saham AS

Inflasi AS Juni Melambat Di Tengah Buruknya Retail Sales

Penulis

Hal ini menggarisbawahi kondisi trend inflasi yang mengalami kemunduran dalam beberapa bulan terakhir, setelah rilis data PPI kemarin menunjukkan perlambatan.

Departemen Tenaga Kerja AS kembali merilis data Inflasi Konsumen (CPI) yang berada di bawah ekspektasi. Hal ini menggarisbawahi kondisi trend inflasi yang mengalami kemunduran dalam beberapa bulan terakhir, setelah rilis data PPI kemarin menunjukkan perlambatan.

Inflasi AS Juni Melambat Ditengah

Department of Labor pada hari Jumat (14/7) melaporkan, inflasi AS selama bulan Juni tidak berubah (0% MoM), setelah pada periode Mei menunjukan penurunan -0.1 persen, dan lebih buruk dibandingkan forecast ekonom yang memperkirakan kenaikan 0.1 persen. Hal itu mengindikasikan bahwa trend inflasi membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa mencapai target Fed.

Bila mengacu pada data 12 bulan terakhir, inflasi AS telah tumbuh 1.6 persen YoY (forecast 1.7 persen). Ini merupakan kenaikan terkecil sejak Oktober 2016, setelah sempat menyentuh 1.9 persen.

Sedangkan Inflasi Inti (Core CPI) bulan lalu naik 0.1 persen, menjadi kenaikan ke-3 bulan beruntun. Namun, rilis data malam ini masih berada di bawah forecast kenaikan 0.2 persen.

Harga bahan bakar yang menurun sebesar 1.6 persen turut mempengaruhi trend CPI bulan lalu dan semakin diperburuk oleh harga kendaraan baru yang tercatat turun 0.3 persen. Sedangkan kenaikan biaya tempat tinggal sebesar 0.2 persen dan biaya perawatan medis naik 0.4 persen, menjadi gain terbesar sejak Agustus 2016 lalu.

 

Retail Sales Turun 2 Bulan Beruntun

Selain Inflasi Konsumen, data Fundamental Negeri Paman Sam yang rilis malam ini datang dari Penjualan Ritel. Menurut laporan Departemen Perdagangan AS, Retail Sales menurun 2 bulan beruntun per bulan Juni.

Retail Sales turun 0.2 persen pada bulan lalu (setelah turun 0.1 persen bulan Mei), meski forecast ekonom dalam jajak pendapat Reuters sebelumnya memprediksi naik 0.1 persen. Sementara itu, Core Retail Sales yang tidak memperhitungkan sektor otomotif, mencatatkan penurunan 0.2 persen di periode yang sama, seolah belum bisa lepas dari trend buruk dalam dua bulan terakhir.

Suramnya data Penjualan Ritel AS bulan Juni disebabkan oleh adanya penurunan pada 6 dari 13 ketegori utama, menunjukkan bahwa masyarakat bersikap lebih hati-hati membelanjakan dananya. Hal ini akan memberikan lebih sedikit dorongan bagi pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2017.

Pada pukul 20:26 WIB, Dollar AS terpantau melemah terhadap sebagian besar major currency, terutama versus Euro, Sterling, Franc Swiss dan Yen.

279588
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.