Inflasi konsumen Tiongkok terbilang cukup flat untuk bulan Maret, yakni mencapai 1.4 persen saja, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan ekspektasi 1.3 persen. Sebaliknya, inflasi produsen justru menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan dengan proyeksinya.
Indeks Harga Produsen (PPI) China untuk bulan Maret melorot hingga 4.6 persen, yang dilaporkan oleh Biro Statistik Nasional China ini memperpanjang long-running siklus deflasi yang dialami oleh pabrik-pabrik China sejak Maret 2012, atau sudah sekitar tiga tahun yang lalu. Ekspektasinya, angka PPI China akan mengalami penurunan hingga 4.8 persen dari satu tahun sebelumnya, persis dengan bulan lalu.
Pabrik-Pabrik China Masih Tertekan
Data-data indeks harga tersebut dirilis pada Jumat (10/04) hari ini, dan menunjukkan bahwa profit margin perusahaan-perusahaan China masih di bawah tertekan, di tengah upaya Beijing untuk menstimulasi pertumbuhan. Para ekonom dan pembuat kebijakan mengkhawatirkan risiko deflasi yang makin meninggi akan melanda negara ekonomi kedua di dunia ini.
Penyebabnya adalah terseretnya pasar properti ke jurang penurunan serta overkapasitas yang dialami oleh banyak pabrik-pabrik di China akibat ketidak pastian outlook global dan lemahnya harga komoditas. Para analis pun menyebut adanya kendala ekonomi yang serius, termasuk lemahnya permintaan dan merosotnya harga minyak, sehingga mengganggu keseimbangan penggunaan dan harga layanan-layanan publik.