New Zealand mencatatkan neraca surplus tiga kali berturut-turut dalam perdagangan barang-barang bulanan di bulan Maret, namun surplus tersebut tak turut tampak dalam perdagangan tahunan yang masih berada dalam level defisit terbesar sejak tahun 2009.
Negara tersebut mencatat surplus sejumlah 117 juta Dolar New Zealand, lebih kecil daripada ekspektasi untuk bulan Maret. Sedangkan dalam rentang waktu 12 bulan hingga Maret tahun ini New Zealand masih defisit 3.838 juta Dolar NZ, demikian yang dilaporkan oleh Badan Statistik New Zealand pada hari Rabu (27/04) pagi ini.
"Defisit perdagangan tahunan yang besar ini adalah hasil dari penurunan nilai ekspor produksi primer," kata Nicola Growden, Manajer di Biro Statistik New Zealand. "Penurunan konsisten yang terjadi dalam nilai susu bubuk, terjadi juga pada nilai daging sapi dan daging domba dalam beberapa bulan terakhir."
Ekspor New Zealand jeblok 14 persen ke 4.2 juta Dolar NZ pada bulan Maret dari setahun sebelumnya, dipimpin oleh kemerosotan ekspor susu bubuk sebanyak 42 persen. Empat dari lima ekspor pasar teratas New Zealand jeblok nilainya, dimana ekspor ke China turun 4.1 persen dan ekspor ke Australia menyusut hingga 3.3 persen.
Impor New Zealand juga terperosok dibandingkan dengan impor sebelum bulan Maret sebanyak 3.7 persen ke angka 4.09 juta, dipimpin oleh penurunan impor barang-barang modal sebanyak 16 persen.
NZD/USD Menanti Kebijakan RBNZ
Pasca laporan tersebut, NZD/USD diperdagangkan pada harga 0.6895, turun 0.04 persen dari level sebelumnya. Di samping laporan neraca perdagangan, Dolar Kiwi juga sedang menanti kebijakan suku bunga yang akan dirilis oleh RBNZ besok. Sebanyak 55 persen trader memperkirakan Gubernur RBNZ akan memotong suku bunga New Zealand kembali menjadi 2 persen dalam rapat kebijakan April ini demi terus menggenjot pencapaian inflasi antara 1-3 persen.