Penjualan retail di Jepang meningkat pada bulan Juni sebanyak 0.9 persen secara tahunan. Angka tersebut melampaui ekspektasi kenaikan 0.5 persen namun masih melambat tajam jika dibandingkan dengan lonjakan 3 persen yang terjadi di bulan sebelumnya, demikian data pemerintah Jepang yang dilaporkan pada hari Rabu (29/07) ini. Menyusul laporan ini, Yen diperdagangkan stabil dan cukup mantap menghadapi Dolar AS, dengan USD/JPY di level 123.58 atau naik tipis 0.01 persen.
Laporan penjualan retail pada hari ini muncul setelah pemerintah baru saja menurunkan proyeksi harga konsumen. Pemerintah saat ini mengekspektasikan kenaikan 0.6 persen untuk tahun fiskal 2015, dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya yang memperkirakan kenaikan setinggi 1.4 persen, sehubungan dengan turunnya harga minyak.
Jepang adalah salah satu negara importer minyak mentah crude oil terbesar dunia. Sehingga, jika semakin rendah harga energi maka diperkirakan kenaikan harga konsumen akan semakin lamban. Hal inilah yang menjadi halangan terbesar bagi Bank Sentral Jepang (BOJ) untuk mencapai target inflasi di semester pertama tahun fiskal 2016 mendatang.
Menurut Marcel Thielant, ekonom Jepang dalam catatannya kepada CNBC, penurunan penjualan retail Jepang di bulan Juni menambah bukti bahwa belanja konsumen memang jeblok di kuartal terakhir. Namun nilai jual sempat dilambungkan oleh kenaikan harga bensin. Harga bensin retail sudah naik 6 persen sejak puncaknya pada bulan Januari. Dan akibat naiknya neraca penjualan bahan bakar sekitar 8 persen dari total penjualan retail, agregat penjualan akhirnya turut terangkat sekitar 0.5 persen, demikian dijelaskan oleh Thielant.