Aktivitas sektor pabrikan di Tiongkok terkontraksi pada bulan Desember ini, untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan terakhir akibat merosotnya permintaan baru, demikian laporan dari HSBC Markit pada Selasa (16/12) pagi ini. Kondisi ini memicu ekspektasi bahwa tambahan stimulus dibutuhkan agar pertumbuhan ekonomi Tiongkok tak semakin melambat.
Indeks PMI Manufaktur China jatuh ke 49.5 pada bulan Desember ini, dibandingkan dengan angka indeks manufaktur final pada bulan November di posisi 50.0, sekaligus di bawah prediksi 50.0 yang diperkirakan oleh para analis. Angka di bawah 50 artinya manufaktur negara tersebut berada dalam level kontraksi dalam basis bulanan.
Laporan mengecewakan ini akan kembali membuat para investor khawatir akan perekonomian terkuat kedua dunia ini semakin kehilangan momentum. Mereka juga menambah pertaruhannya bahwa bank sentral Tiongkok (PBoC) akan kembali menggelontorkan stimulus, meskipun bulan lalu suku bunga telah dipotong.
Laporan PMI Tiongkok ini menyusul data pada pekan lalu yang menunjukkan tanda-tanda lesunya perekonomian dengan pertumbuhan pabrik dan ekspansi investasinya melambat pada bukan November. Perekonomian Tiongkok diekspektasi akan tumbuh 7.4 persen tahun ini, tetapi menurut analisa Reuters, pada 2015 pertumbuhan yang dapat dicapai oleh Tiongkok hanya akan sekitar 7.1 persen.