Bank Sentral Australia (RBA) hari ini menyatakan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya dalam level rendah. "Membandelnya" kekuatan nilai tukar Dolar Australia dikombinasikan dengan pemotongan anggaran pemerintah serta lambannya investasi pertambangan, sukses menghambat pertumbuhan negara tersebut.
Gubernur RBA, Glenn Stevens, mengumumkan bahwa suku bunga acuan dipertahankan pada kisaran 2.5% dalam 11 bulan ini. Keputusan tersebut telah sesuai dengan sebagian besar ekspektasi para analis.
Pernyataan resmi yang diutarakan oleh Glenn Stevens, diketahui tidak banyak berubah. Orang nomor satu di Bank Sentral Australia tersebut mengatakan bahwa terdongkraknya mata uang Australia, tak membantu penyeimbangan pertumbuhan ekonomi. Bank Sentral memperhatikan bahwa pemotongan anggaran negara dan menurunnya investasi sebagai penghambat utama.
Mengapa Aussie Tetap Kuat
Dolar Australia pun melonjak seiring dengan RBA yang tak lagi berupaya untuk melemahkan mata uang Australia. Nilai tukar Aussie dianggap menguat akibat siklus historis, oleh sebab itulah penguatan Aussie tak bermanfaat untuk mendukung perekonomian.
"Untuk selanjutnya, kebijakan moneter akomodatif ini diharapkan dapat mendukung permintaan (barang produksi Australia) dan membantu pertumbuhan (ekonomi) untuk menguat seiring waktu." demikian diungkapkan oleh Stevens.
Dolar Australia telah telah merangkak naik sebanyak 7 persen sejak RBA bergerak ke bias netral pada bulan Februari tahun ini. Mata uang tersebut diperdagangkan di kisaran 0.9450 AS pada pukul 3:12 pm GMT, lebih tinggi daripada sebelum laporan dirilis, yaitu di angka 0.9417.