Bank Sentral Australia (RBA), sesuai ekspektasi, memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di level rendah 2 persen di hari Selasa (01/12) ini. Dalam pernyataan resmi RBA tersebut disebutkan, perekonomian global sedang berekspansi dalam laju yag moderat, dengan sejumlah pelemahan yang terjadi di sebagian wilayah Asia. Di samping itu, ada pula keberlanjutan pertumbuhan AS dan pemulihan ekonomi di Eropa.
Harga-harga komoditas jauh lebih rendah dibandingkan dengan satu tahun yang lalu, merefleksikan kenaikan suplai termasuk dari Australia. Sayangnya, kenaikan suplai tersebut tidak diikuti kuatnya permintaan. Sektor perdagangan Australia dinilai oleh RBA mengalami penurunan.
Glenn Stevens, Gubernur RBA, pada pekan lalu memang telah mengatakan pada para trader bahwa pihaknya akan lebih "santai" dalam menanggapi spekulasi tingkat suku bunga, setidaknya sampai bulan Februari. Data ekonomi Australia telah menunjukkan bahwa sektor ekspor telah meningkat melebihi prediksi para ekonom, meski pertumbuhan GDP masih sedikit di bawah rata-rata prediksi jangka panjang. Inflasi Australia juga masih rendah, dan diperkirakan akan konsisten dengan proyeksi inflasi Australia satu sampai dua tahun ke depan.
Dolar Australia
Dolar Australia pun mengalami kemajuan untuk dua bulan terakhir dan sempat bertahan di atas level rendah enam tahun yang tersentuh pada bulan September, walaupun ada kemerosotan dalam harga bijih besi. Tadi pagi, Mata uang Australia mengalami kenaikan 0.4 persen ke angka 0.7254 setelah dirilisnya data-data ekonomi Australia dan China. Setelah kebijakan RBA tersebut dirilis, AUD/USD kian mantap mempertahankan level tingginya, dengan bertengger di angka 0.7262.