Para trader retail Jepang tidak memasang posisi beli dalam reli Yen, bahkan kendati krisis Yunani kian pelik, dimana Yen biasa diburu sebagai safe haven dalam ketidakpastian politik atau ekonomi. Para wager, yakni orang yang melakukan pinjaman sehingga mereka dapat bertrading dengan jumlah yang lebih besar daripada jumlah uang yang sudah mereka miliki di akun, pada pekan lalu satu per satu mulai berbalik bearish Yen seperti di bulan Februari. Hal tersebut mereka lakukan sesaat setelah mata uang Jepang tersebut rebound dari level rendah 13 tahun terhadap Dolar AS.
Yen Diekspektasi Bearish Akibat Pelonggaran BOJ
Yen sempat melemah ke posisi 125.856 per Dolar AS pada tanggal 5 Juni lalu, dan telah merosot sebanyak 2.9 persen tahun ini di tengah prospek kenaikan tingkat suku bunga The Fed, berkebalikan dengan Bank Sentral Jepang (BOJ) yang masih berkutat dengan kebijakan moneter longgar. Mata uang Jepang menguat ke posisi 121.94 pada tanggal 30 Juni, yang terkuat dalam bulan ini. Sedangkan saat fokus pasar tertuju ke kegagalan Yunani dalam membayar utang, USD/JPY butuh waktu dua hari untuk meluncur ke bawah posisi 123.
Menurut Kengo Suzuki, analis dari Mizuho Securities, yang diwawancarai oleh Bloomberg, aktivitas dari para trader retail yang melakukan bargain hunting, menjadi suku bunga bagi USD/JPY. Beberapa pihak juga memiliki padangan menguatnya Dolar dan melemahnya Yen di tengah perbedaan arah kebijakan moneter, dimana peluang menaikkan suku bunga bagi Bank Sentral AS dalam waktu dekat, sementara BOJ masih bergelut dengan pelonggaran.
Sore hari ini, USD/JPY naik 0.19 persen ke angka 123.40, lepas dari level rendah pada hari Rabu di posisi 122.35. Dolar AS menguat terhadap Yen menjelang laporan NFP AS pada malam hari nanti, setelah kemarin, Dolar AS juga mendapatkan support dari apiknya data ADP Nonfarm Payroll dan data ISM Manufuktur AS.