Dolar Australia terus menanjak di sekitar level 0.73 pada hari Kamis (31/12) ini bahkan meskipun kelemahan harga minyak global terus menumbangkan mata uang-mata uang komoditas yang lainnya. Pagi ini, Dolar Australia menyundul angka 0.7300 terhadap Dolar AS dari level 0.7289 di sesi perdagangan kemarin.
Mata uang Australia menolak untuk breakout dalam rentang trading yang ketat dalam dua hari berturut-turut. Penguatan yang relatif itu kontras dengan kemerosotan yang dialami oleh Krona Norwegia dan Dolar Kanada. Dua mata uang komoditas tersebut memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap harga minyak global, yang dilaporkan tumbang akibat makin besarnya kelebihan suplai.
Australia merupakan negara importir marjinal minyak, yang membuat mata uangnya secara umum tidak terlalu sensitif pada pergerakan harga minyak. Kendati demikian, rendahnya harga minyak dapat membebani harga gas alam dan menggencet pendapatan nasional Australia dari sumber daya alamnya yang kaya. Negeri Kangguru tengah mempersiapkan diri untuk menjadi negara importer gas alam cair terbesar dunia.
Lebih Terpengaruh Harga Bijih Besi
Dolar Australia biasanya bereaksi lebih kuat dalam mengubah pergerakan jika dikorelasikan dengan data harga bijih besi, ekspor terbesar Australia saat ini. Harga bijih besi terpantau naik 2.7 persen menurut data The Stee Index.
Pola perdagangan Dolar Australia yang cukup solid kemungkinan akan menemui kendala pada pekan depan, tepatnya saat sejumlah trader institusional kembali masuk pasar setelah libur panjang. Di samping itu, rilisnya data-data makroekonomi, seperti data perdagangan internasional dan persetujuan bangunan pada hari Kamis depan, akan memberikan pengaruh pada Aussie.