Euro mengawali Kamis (05/02) pagi tadi dengan kemerosotan setelah beberapa jam sebelum penutupan sesi perdagangan Amerika tadi, Bank Sentral Eropa (ECB) menyatakan tak lagi menerima obligasi Yunani sebagai kolateral bagi operasi likuiditasnya. Rate obligasi Yunani sudah berada di bawah ambang batas risiko yang dipatok oleh ECB. Bank sentral tersebut menolak negosiasi yang diajukan oleh pemerintah Yunani terkait bailout sebesar 140 miliar Euro.
Akibatnya, mata uang Euro pun terguncang dengan diperdagangkan di $1.1315 terhadap Dolar AS atau menurun hingga 0.61 persen begitu kabar tersebut dirilis. EUR/JPY pun anjlok hingga 1.45 persen ke posisi 133.59, dan EUR/GBP tergelincir 0.39 persen ke posisi 0.7490. Namun, saat berita ini ditulis, pair EUR/USD pada timeframe H1 mulai terkonsolidasi ke 1.1354.
Negosiasi Varoufakis Ke Draghi Tak Berjalan Mulus
Keputusan ECB tersebut muncul setelah Menteri Keuangan Baru Yunani, Yanis Varoufakis, bertemu dengan Presiden ECB Mario Draghi dalam sebuah rapat, dan menyatakan bahwa ECB akan melakukan apapun yang layak dilakukan untuk mendukung negara-negara anggota ECB seperti Yunani.
Selain itu, beberapa indikator ekonomi Zona Euro juga telah dirilis kemarin, di antaranya adalah laporan PMI komposit manufaktur dan jasa yang mengalami kenaikan hingga ke 52.6 dari sebelumnya di 51.4 pada bulan Desember; Data penjualan retail Zona Euro juga mengalami kenaikan hingga 2.8 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan terkuat dalam 8 tahun terakhir.
Menurut analis dari CitiFX yang diwawancarai oleh CNBC, Richard Cochinos, langkah ECB tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah tindakan preventif, namun perubahan program ECB akan dipandang pasar sebagai sebuah indikasi bahwa pertemuan antara Varoufakis dan Draghi tidak membuahkan hasil yang baik.