Yen merosot bersama dengan memudarnya aksi penghindaran risiko yang sempat muncul saat gentingnya kondisi politik Turki akibat percobaan kudeta pihak militer terhadap Presiden Tayyip Erdogan pada akhir pekan lalu. Senin (18/Juli) pagi ini, Dolar AS mulai menguat 0.5 persen menuju angka 105.49 yen, sedangkan euro menghimpun kenaikan 0.8 persen ke angka 116.63 yen.
Di sisi lain, Lira Turki merosot hampir 5 persen saat kudeta terjadi, namun mata uang tersebut sedang berusaha pulih di sesi perdagangan hari ini dengan kenaikan 2.2 persen terhadap Dolar AS di harga 2.9700.
Minat Risiko Telah Kembali, Pasar Jepang Libur
Yen, biasa dianggap sebagai mata uang safe haven karena status kreditur net Jepang. Hasilnya, Yen cenderung naik saat pasar mengalami tekanan. Akan tetapi, mata uang Jepang tersebut sering tertekan begitu minat risiko para investor meningkat.
Menurut Satoshi Okagawa, analis senior pasar global di Sumitomo Mitsui Banking Corporation, Singapura, Yen mungkin masih bisa sedikit naik. Tetapi, mungkin akan sulit untuk melebih 107 meskipun Dolar pun tak berpotensi jeblok ke bawah 100 yen.
Hari ini, pasar Jepang sedang tutup dalam rangka libur nasional. Yen Jepang telah melorot lebih dari 4 persen terhadap Dolar AS dalam satu pekan kemarin dan menjadi performa terburuknya sejak tahun 2009. Kemelorotan Yen Jepang diakibatkan oleh spekulasi yang menyebutkan adanya kemungkinan bagi negara tersebut untuk mengadopsi langkah pelonggaran stimulus agresif yang diistilahkan sebagai "helicopter money", yakni sebuah langkah yang akan melibatkan bank sentral secara langsung dalam langkah pembelanjaan keuangan pemerintah untuk meruntuhkan deflasi.
Akan tetapi, sebagian besar ekonom mengatakan tak yakin otoritas Jepang berani mengekskusi metode "helicopter money" namun hasilnya akan lebih jelas saat Jepang mengumumkan kebijakan moneternya di akhir bulan ini.
